Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang
telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
PERTAMA : QADAR
Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari
qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-nya disukunkan
(qa-dran). [1]
Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih
yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah:
akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya.
Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari
at-taqdiir.” [2]
Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha’
(kepastian) dan hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa
Jalla dari qadha’ (kepastian) dan hukum-hukum dalam berbagai perkara
.
Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu.
Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar. [3]
Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua
makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki
oleh hikmah-Nya. [4]
Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan,
dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa
Jalla telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan
terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali. Allah Subhanahu wa Ta’ala
pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu
sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat ter-tentu pula,
maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya.
[5]
Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu,
kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.
Sesuatu yang
bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
tertentu waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami
berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. 3:145)
Allah
menyatakan: "semua yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan
izin-Nya, tepat pada waktunya sesuai dengan yang telah ditetapkan-Nya. Artinya
persoalan mati itu hanya di tangan Tuhan, bukan di tangan siapa-siapa atau di
tangan musuh yang ditakuti. Ini merupakan teguran kepada orang-orang mukmin
yang lari dari medan perang Uhud karena takut mati, dan juga merupakan petunjuk
bagi setiap umat Islam yang sedang berjuang di jalan Allah seterusnya Allah
memberikan bimbingan kepada umat Islam bagaimana seharusnya berjuang di jalan
Allah dengan firman-Nya:
AYAT-AYAT
TENTANG RISALAH
Qs. An-Nahlu : 36
Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).
Dia-lah yang mengutus
kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata,
Sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah
Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Dan tidak ada bagi
seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Dan demikianlah Kami
wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu
tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami
tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Dan Kami tidak mengutus
kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira
dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Allah tidak menghukum
kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah
menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh
hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Dia-lah Allah Yang tiada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang
nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dia-lah Allah Yang tiada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah
dari apa yang mereka persekutukan.
Dia-lah Allah Yang
Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama
Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi.
Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan
usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk
(menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air hujan dari
langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mempergunakan akalnya.
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradah-Nya.
Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu
(juga) kamu keluar (dari kubur).
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Ayat ini
menerangkan bahwa Allah SWT, Yang Maha Suci dan yang tidak terhingga
rahmat-Nya, adalah penguasa segala kerajaan dunia yang fana ini dengan segala
macam isinya, dan kerajaan akhirat yang terjadi setelah lenyapnya kerajaan
dunia; sebagaimana firman Allah SWT:
Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S Al Ma'idah: 17)
Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai
hari pembalasan. (Q.S Al Fatihah: 1-4)
Allah SWT, penguasa
kerajaan dunia; berarti Dia4ah yang menciptakan seluruh alam ini beserta segala
yang terdapat di dalamnya. Dia pulalah yang mengembangkan, menjaga kelangsungan
wujudnya, mengatur, mengurus, menguasai dan menentukan segala sesuatu yang ada
di dalamnya, menurut yang dikehendaki-Nya. Dalam mengatur, mengurus,
mengembangkan dan menjaga kelangsungan wujud alam ini, Dia menetapkan
hukum-hukum dan peraturan-peraturan. Semua wajib tunduk dan mengikuti
hukum-hukum dan peraturan yang dibuat-Nya itu. Tidak ada sesuatu pengecualian
pun. Apa dan siapa saja yang tidak mau tunduk dan patuh, serta mengingkari
hukum-hukum dan peraturan-peraturan itu pasti akan binasa atau sengsara.
Hukum-hukum dan
peraturan-peraturan Allah SWT yang berlaku di alam ini berupa:
1.
Sunatullah.
2.
Agama Allah.
Yang pertama,
Sunatullah, ialah
hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Allah SWT, yang berlaku di alam semesta
ini; baik bagi makhluk hidup maupun benda mati, baik bagi manusia maupun bagi
binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda yag tidak bernyawa, baik bagi bumi dengan
segala isinya maupun bagi seluruh planet-planet yang terapung beredar di jagat
raya yang tiada terpermanai luasnya itu. Di antara hukum dan peraturan Allah
itu, ialah api membakar, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah, hukum Pascal, hukum Archimedes. Manusia hidup memerlukan oksigen, makan
minum, baik berupa makan minum jasmani maupun makan minum rohani. Manusia
adalah makhluk individu dan makhluk masyarakat. Tiap-tiap planet, termasuk
bumi, mempunyai daya tarik menarik dan berjalan pada garis edarnya yang telah
ditentukan; dan banyak lagi hukum-hukum dan peraturan-peraturan Allah, baik
yang telah diketahui manusia, maupun yang belum diketahuinya
Pelanggaran
terhadap hukum dan peraturan Allah berarti kesengsaraan dan kebinasaan bagi
yang melanggarnya. Seperti memasukkan tangan ke dalam api berakibat terbakarnya
tangan tersebut, merusak alam atau menebang hutan yang melampaui batas,
berakibat banjir dan kerugian bagi manusia. Bahkan bintang-bintang dan meteor
yang menyalahi hukum Allah akan mengalami kehancuran.
Yang kedua, ialah
agama Allah. Agama Allah berisi petunjuk-punjuk bagi manusia. Dengan mengikuti
petunjuk-petunjuk itu manusia akan berbahagia hidup di dunia dan di akhirat
nanti. Agama yang berisi petunjuk-petunjuk itu diturunkan Allah kepada para
rasul yang telah diutusnya; sejak dan Nabi Adam A.S., sampai kepada Nabi Muhammad
SAW., sebagai Nabi dan Rasul Allah yang terakhir, penutup dari segala Rasul dan
Nabi. Manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW., sampai akhir
zaman nanti, wajib mengikuti agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.,
seandainya mereka ingin hidup berbahagia di dunia dan akhirat nanti.
Demikianlah Allah
SWT yang menguasai, mengurus, mengatur dan menjaga kelangsungan wujud alam ini,
menetapkan undang-undang dan peraturan-peraturan, sehingga dengan demikian
terlihat semuanya teratur rapi, indah dan bermanfaat bagi manusia. Apabila
seorang warga negara wajib tunduk dan patuh kepada hukum-hukum dan
peraturan-peraturan yang berlaku di negaranya, tentulah ia harus lebih wajib
lagi tunduk dan patuh kepada hukum dan peraturan Allah yang menciptakan,
memberi nikmat dan menjaganya. Jika suatu negara menetapkan sangsi-sangsi bagi
setiap warga negara yang melanggar hukum hukum dan peraturan-peraturan yang
telah ditetapkannya, maka Allah lebih menetapkan sangsi dan mengadili dengan
seadil-adilnya setiap makhluk yang mengingkari hukum dan peraturan yang telah
dibuat-Nya.
Di samping sebagai
penguasa kerajaan dunia, Allah SWT juga menguasai kerajaan akhirat, yang ada
setelah hancurnya seluruh kerajaan dunia. Kerajaan akhirat merupakan kerajaan
abadi; dimulai dari terjadinya Hari Kiamat, hari kehancuran dunia, dibangkitnya
manusia dari kubur. Kemudian dikumpulkan di padang Mahsyar untuk diadili dan
ditimbang amal dan perbuatannya. Dari pengadilan itu diputuskanlah: mana yang
beriman dan berat amal salehnya dibandingkan dengan kesalahan yang telah
diperbuatnya, maka ia diberi balasan dengan menyediakan surga, tempat yang
penuh kenikmatan. Sebaliknya jika perbuatan jahat yang telah dikerjakannya
selama hidup di dunia lebih berat dari iman dan amal saleh yang telah
dilakukannya, maka balasan yang mereka peroleh adalah neraka, tempat yang penuh
kesengsaraan yang tiada taranya. Kehidupan di akhirat, baik di surga maupun di
neraka adalah kehidupan yang kekal. Di surga Allah melimpahkan kenikmatan dan
kebahagiaan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh sedang di neraka
Allah menimpakan siksaan yang sangat berat kepada orang-orang kafir dan berbuat
jahat.
(Bukan
demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh
dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan
orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka
kekal di dalamnya. (Q.S Al Baqarah: 81-82)
Pada akhir ayat
ini, ditegaskan bahwa Allah SWT sebagai penguasa kerajaan dunia dan kerajaan
akhirat, Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang membandingi
kekuasaan-Nya itu dan tidak ada sesuatupun yang dapat luput dari kekuasaan-Nya
itu.
2Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baikamalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun,(QS. 67:2)
Dalam ayat ini,
bahwa Tuhan pemegang kekuasaan kerajaan dunia dan kerajaan akhirat serta
menguasai segala sesuatunya itu, adalah Tuhan yang menciptakan kematian dan
kehidupan. Hanya Dia sajalah yang menentukan saat kematian sesuatu makhluk.
Jika saat kematian itu telah tiba tidak ada sesuatu pun yang dapat mempercepat
atau memperlambatnya barang sekejappun. Demikian pula keadaan makhluk yang akan
mati itu, tidak ada sesuatupun yang dapat mengubahnya dari yang telah
ditentukan-Nya. Allah SWT berfirman:
Dan Allah
sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al
Munafiqun:11)
Dan tidak
seorangpun manusia atau makhluk hidup yang lain yang. Dapat menghindarkan diri
dari kematian yang telah ditetapkan Allah itu; Allah SWT berfirman:
Di mana saja
kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng
yang tinggi lagi kokoh. (Q.S An Nisa':78)
Demikian pula
dinyatakan bahwa Allah SWT yang menciptakan kehidupan. Maksudnya ialah bahwa
Dialah yang menghidupkan seluruh makhluk hidup yang ada di alam ini, Dialah
yang menyediakan segala sesuatu keperluan hidup itu dan Dia pulalah yang
memberikan kemungkinan kelangsungan jenis makhluk hidup itu, sehingga tidak
terancam kepunahan. Kemudian Dia pulalah yang menetapkan lama kehidupan sesuatu
makhluk dan menetapkan keadaan kehidupan seluruh makhluk. Dalam pada itu Allah
SWT pun menentukan sampai kapan kelangsungan hidup suatu makhluk, sehingga bila
waktu yang ditentukan-Nya itu telah berakhir, musnahlah jenis makhluk itu
sebagaimana yang dialami oleh jenis-jenis binatang purba.
Diterangkan bahwa
tujuan Allah menciptakan kematian dan kehidupan itu untuk menguji manusia,
siapa di antara mereka yang beriman dan beramal saleh dengan mengikuti
petunjuk-petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad SAW. dan siapa pula yang
mengingkarinya. Dari ayat di atas dipahami bahwa dengan menciptakan kehidupan
itu Allah SWT memberi kesempatan yang sangat luas kepada manusia untuk memilih
mana yang baik menurut dirinya. Apakah ia akan mengikuti hawa nafsunya, atau ia
akan mengikuti petunjuk-petunjuk hukum dan ketentuan-ketentuan Allah SWT
sebagai penguasa alam semesta ini. Seandainya manusia ditimpa azab yang pedih
di akhirat nanti, maka azab itu pada hakikatnya ditimpakan atas kehendak diri
mereka sendiri, dan jika mereka memperoleh kebahagiaan, maka kebahagiaan itu
datang karena kehendak diri mereka sendiri pula.
Berdasarkan ujian
itu pulalah ditetapkan derajat dan martabat seseorang manusia di sisi Allah.
Semakin kuat iman seseorang semakin banyak amal saleh yang dikerjakannya dan
semakin tunduk dan patuhlah ia mengikuti hukum dan peraturan Allah, semakin
tinggi pulalah derajat dan martabat yang diperolehnya di sisi Allah. Sebaliknya
jika manusia tidak beriman kepada-Nya, tidak mengerjakan amal yang saleh dan
tidak taat kepada-Nya, ia akan memperoleh tempat yang paling hina di sisi-Nya.
Sehubungan dengan
tafsir ayat ini, Rasulullah SAW bersabda:
أيكم
أحسن عقلا وأورع عن محارم الله وأسرع فى طاعته عزوجل
Artinya:
"Siapakah
di antara kamu yang paling baik pemahamannya (terhadap agama), yang paling kuat
menahan diri dari mengerjakan larangan Allah dan yang paling bersegera
melakukan taat kepada Allah `azza wa jalla?".(lihat tafsir Al Maragi,
halaman 6, juz 29, jilid X)
Maksudnya ialah:
kehidupan duniawi itu adalah untuk menguji manusia siapa di antara mereka yang
selalu mempergunakan akal dan pikirannya memahami agama Allah, memilih mana
perbuatan yang paling baik dikerjakannya, sehingga perbuatannya itu diridai
Allah; siapa yang tabah dan tahan mengekang diri dari mengerjakan
larangan-larangan Allah dan siapa pula yang paling taat kepada-Nya.
Ayat ini mendorong
dan menganjurkan agar manusia selalu waspada dalam hidupnya. Hendaklah mereka
selalu memeriksa hati mereka, apakah benar-benar ia seorang yang beriman dan
memeriksa segala yang akan mereka perbuat. Apakah yang akan mereka perbuat itu
telah sesuai dengan yang diperintahkan Allah atau tidak. Atau yang akan mereka
perbuat itu larangan Allah atau bukan larangan-Nya. Jika perbuatan itu telah
sesuai dengan perintah Allah bahkan termasuk perbuatan yang diridai-Nya,
hendaklah segera mengerjakannya, sebaliknya jika perbuatan itu termasuk
larangan Allah SWT, maka jangan sekali-kali dilaksanakan.
Pada akhir ayat ini
Allah SWT menegaskan bahwa Dia Maha Perkasa, tidak ada sesuatu makhlukpun yang
dapat menghalangi kehendak-Nya, jika Ia hendak melakukan sesuatu, seperti
hendak memberi pahala orang-orang yang beriman dan beramal saleh atau hendak
mengazab orang yang durhaka kepada-Nya. Dia Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya
yang mau bertobat kepada-Nya dengan menyesali perbuatan dosa yang telah
dikerjakannya, berjanji tidal: akan memperbuat dosa itu lagi serta berjanji
pula tidak akan melakukan dosa-dosa yang lain.
Pada ayat ini Allah
SWT menyebut secara bergandengan dua macam sifat dari sifat-sifat Nya, yaitu
sifat Maha Perkasa dan sifat Maha Pengampun, seakan-akan kedua sifat ini adalah
sifat yang berlawanan. Sifat Maha Perkasa memberi pengertian memberi kabar yang
menakut-nakuti, sedang sifat Maha Pengampun memberi pengertian adanya harapan
bagi setiap orang yang mengerjakan perbuatan dosa, jika ia bertobat. Hal ini
untuk menunjukkan bahwa Allah SWT yang berhak disembah itu benar-benar dapat
memaksakan kehendak-Nya kepada siapapun, tidak ada yang dapat menghalanginya,
Dia mengetahui segala sesuatu, sehingga dapat memberikan balasan yang tepat
kepada setiap hamba Nya, baik berupa pahala maupun berupa siksa. Dengan
pengetahuan-Nya itu pula Dia dapat membedakan antara orang yang taat dan
durhaka kepada-Nya sehingga tidak ada kemungkinan sedikitpun seseorang durhaka
memperoleh pahala atau seseorang yang taat dan patuh memperoleh siksa.
Firman Allah SWT
yang lain yang menyebut secara bergandengan kabar penakut dan pengharapan itu,
ialah:
Kabarkanlah
kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih (Q.S Al
Hijr: 49-50)
3Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?(QS. 67:3)
Allah SWT
menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan tujuh lapis langit; sebahagian
lapisan langit itu berada di atas lapisan yang lain di alam semesta. Tiap-tiap
lapisan itu seakan-akan terapung kokoh di tengah-tengah jagat raya, tanpa ada
tiang-tiang yang menyangga dan tanpa ada tali-temali yang mengikatnya.
Tiap-tiap langit itu menempati ruangan yang telah ditentukan baginya di
tengah-tengah jagat raya dan masing-masing lapisan itu terdiri atas ratusan
ribu planet yang tidak terhitung banyaknya. Tiap-tiap planet berjalan mengikuti
garis edar yang telah ditentukan baginya. Allah SWT berfirman:
Dia menciptakan
langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di
permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyahkan kamu; dan memperkembang
biakkan padanya segala macam-jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari
langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
(Q.S Luqman: 10)
Semua lapisan
langit beserta bintang-bintang yang terdapat di dalamnya tunduk dan patuh
mengikuti ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum yang ditetapkan Allah SWT
baginya. Dan tetaplah lapisan langit beserta bintang-bintang itu seperti yang
demikian sampai kepada waktu yang ditentukan baginya. Allah SWT berfirman:
Allah lah Yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas Arsy dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu. (Q.S Ar Ra'd: 2)
Menurut Ilmu
Astronomi bahwa di jagat raya yang luasnya tiada terhingga itu, terdapat
galaxi-galaxi atau gugusan-gugusan bintang yang di dalamnya terdapat ratusan
ribu bintang-bintang yang tiada terhitung jumlahnya Bintang-bintang yang berada
di dalam tiap-tiap galaxi itu ada yang kecil seperti bumi ini dan ada pula yang
besar seperti matahari, banyak yang lebih besar dari matahari. Tiap-tiap galaxi
itu mempunyai sistem yang teratur rapi, yang tiap-tiap sistem itu tidak
terlepas dari sistem ruang angkasa seluruhnya. Adanya daya tarik menarik yang
terdapat pada tiap-tiap planet itu, menyebabkan planet-planet itu tidak jatuh
dan tidak berbenturan antara yang satu dengan yang lain, sehingga tetaplah ia
terapung-apung dan beredar pada garis-garis edarnya di angkasa.
Bila dihubungkan
pengertian ayat tersebut dengan yang dijelaskan Ilmu Astronomi itu, maka yang
dimaksud dengan lapisan-lapisan langit yang tujuh itu, ialah galaxi-galaxi yang
disebut dalam Ilmu astronomi. Sedang angka tujuh dalam bahasa Arab biasa
digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang banyak jumlahnya. Karena itu yang
dimaksud dengan lapisan langit yang tujuh itu adalah galaxi-galaxi yang banyak
terdapat di langit. Dalam pada itu ada pula ahli tafsir yang berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan "tujuh lapisan langit" itu ialah tujuh bintang
yang berada di sekitar matahari, dan ada pula ahli tafsir yang tidak mau
menafsirkannya. Mereka menyerahkannnya kepada Allah SWT karena hal itu adalah
pengetahuan Allah yang belum diketahui dengan pasti oleh manusia.
Demikianlah
gambaran umum keadaan sistem galaxi-galaxi itu. Mengenai keadaan tiap-tiap
planet yang tidak terhitung banyaknya ini, seperti bagaimana sifat dan
tabiatnya, apa yang terkandung di dalamnya, bagaimana bentuknya secara
terperinci dan sebagainya amat sedikit baru yang diketahui manusia. Seandainya
ada pengetahuan manusia tentang ini, maka pengetahuan ini baru merupakan
pengetahuan sekelumit kecil saja dari pengetahuan tentang galxi itu.
Demikianlah
pengetahuan tentang jagad raya. Amatlah sombong seorang manusia yang mengakui
tahu segala sesuatu. Betapapun luasnya pengetahuan seseorang, amatlah sedikit
bila dibandingkan dengan pengetahuan Allah SWT. Apalagi jika seseorang
mengumpamakan dirinya sebagai bumi tempat ia berdiam, kemudian melihat dirinya
terletak di antara planet-planet yang banyak itu, tentulah akan merasa bahwa
dirinya sebenarnya tidak ada artinya jika dibandingkan dengan makhluk Allah
yang beraneka ragam bentuk dan coraknya yang tiada terhitung jumlahnya itu.
Kemudian Allah SWT
memerintahkan manusia memandang langit dan bumi beserta isinya; kemudian
memperhatikan masing-masingnya dan mempelajari sifat-sifat. Perhatikanlah
matahari bersinar dan bulan bercahaya, sampai di mana guna dan faedah sinar dan
cahaya itu bagi kehidupan seluruh makhluk yang ada. Perhatikanlah binatang
ternak yang digembalakan di padang rumput, tumbuh-tumbuhan yang tumbuh
menghijau, gunung-gunung yang tinggi kokoh menjulang kehijau-hijauan yang
menyejukkan mata orang yang memandangnya; laut yang terhampar luas membiru;
langit dan segala isinya. Semuanya tumbuh, berkembang, tetap dalam kelangsungan
hidup dan wujudnya, serta berkesinambungan yang mempunyai sistem, hukum-hukum
dan peraturan yang sangat rapi yang tidak terlepas dari sistem hukum-hukum dan
peraturan-peraturan yang lebih besar daripadanya yaitu sistem, hukum-hukum dan
peraturan yang berlaku pada seluruh alam yang fana ini Cobalah pikirkan dan
renungkan: Apakah ada sesuatu cacat atau cela pada makhluk yang diciptakan
Allah, demikian juga pada sistem, hukum-hukum dan peraturan yang berlaku
padanya? Maha Besar dan Maha Pencipta Allah, Tuhan serui sekalian alam, tiada
suatu cacat atau cela pun terdapat pada makhluk yang diciptakan Nya.
Kemudian Allah SWT
melanjutkan pertanyaan-Nya kepada manusia: "Apakah kamu sekalian, hai
manusia, masih ragu-ragu tentang kekuasaan dan kebesaran-Ku? Apakah kamu masih
ragu-ragu tentang sistem, hukum-hukum dan peraturan yang Aku buat untuk
makhluk-Ku, yang di dalamnya termasuk kamu sekalian? Jika kamu sekalian masih
ragu-ragu, cobalah perhatikan, renungkan dan pelajari kembali dengan
sebenar-benarnya. Apakah engkau masih mendapati dalam ciptaan-Ku itu suatu
sebagian yang tidak sempurna?"
Dari pertanyaan
yang dikemukakan ayat ini, dipahamkan seakan-akan Allah SWT menantang manusia,
agar mencari kalau ada barang sedikit saja kekurangan dan ketidak sempurnaan
pada ciptaan Allah. Seandainya ada kekuarangan, cacat dan cela dalam ciptaan
Allah, pantas manusia mengingkari keesaan dan kekuasaan-Nya. Tetapi mereka
kagum dan mengakui kerapian ciptaan Allah itu, bahkan mereka mengakui kelemahan
mereka. Jika demikian halnya, maka keingkaran mereka itu bukanlah ditimbulkan
karena ketidakpercayaan mereka kepada Allah, tetapi semata-mata karena
kesombongan dan keangkuhan mereka semata-mata.
4Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.(QS. 67:4)
Pertanyaan Allah
SWT kepada manusia pada ayat di atas dijawab sendiri oleh Allah pada ayat ini:
"Wahai manusia, sekalipun kamu berulang-ulang memperhatikan, mempelajari
dan merenungkan seluruh ciptaan Allah, pasti kamu tidak akan menemukan
kekurangan dan cacat, walau sedikitpun. Jika kamu terus-menerus melakukan yang
demikian itu, bahkan seluruh hidup dan kehidupanmu digunakan untuk itu,
akhirnya kamu hanya akan merasa dan tidak akan menemukan kekurangan itu, sampai
kamu mati dan kembali kepada-Ku, Tuhanmu.
Dari ayat ini,
dipahami bahwa tidak ada seorangpun di antara manusia yang sanggup mencari
kekurangan pada ciptaan Allah. Jika ada di antara manusia yang sanggup, hal ini
berarti bahwa dia mengetahui seluruh ilmu Allah. Sampai saat ini belum ada
seorangpun yang mengetahuinya dan tidak akan ada seorangpun yang dapat memiliki
seluruh ilmu Allah. Seandainya ada di antara manusia yang dianggap paling luas
ilmunya, maka ilmu yang diketahuinya itu hanyalah merupakan bahagian yang
sangat kecil saja dari ilmu Allah. Tetapi banyak di antara manusia yang tidak
mau menyadari kelemahan dan kekurangannya itu, sehingga mereka tetap ingkar
kepada-Nya.
Allah, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa
izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Dalam ayat ini
Allah swt. menjelaskan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan
selain Dia, hanya Dia sajalah yang berhak disembah. Adapun tuhan-tuhan yang
lain yang disembah oleh sebagian manusia dengan alasan yang tidak benar memang
banyak jumlahnya. Akan tetapi Tuhan yang sebenarnya hanyalah Allah semata-mata.
Hanya Dialah Yang Hidup abadi, yang ada dengan sendiri-Nya dan Dia pulalah yang
selalu mengatur makhluk-Nya tanpa ada kelalaian sedikit pun.
Kemudian ditegaskan
lagi bahwa Allah swt. tidak pernah mengantuk. Orang yang berada dalam keadaan
mengantuk tentu hilang kesadarannya sehingga ia tidak akan dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik padahal Allah swt. senantiasa mengurus dan memelihara
makhluk-Nya dengan baik, tidak pernah kehilangan kesadaran atau pun lalai.
Karena Allah swt.
tidak pernah mengantuk, sudah tentu Ia tidak pernah tidur karena mengantuk
adalah permulaan dari proses tidur. Dan orang yang tidur lebih banyak
kehilangan kesadaran daripada orang yang mengantuk.
Sifat Allah yang
lain yang disebutkan dalam ayat ini ialah bahwa Dialah yang mempunyai kekuasaan
dan yang memiliki apa yang ada di langit dan di bumi. Dialah yang mempunyai
kekuatan dan kekuasaan yang tak terbatas sehingga Dia dapat berbuat apa yang
dikehendaki-Nya. Semuanya ada dalam kekuasaan-Nya sehingga tidak ada suatu pun
dari makhluk-Nya meskipun nabi-nabi dan para malaikat dapat memberikan pertolongan
kecuali dengan izin-Nya apalagi patung-patung yang oleh orang-orang kafir
dianggap sebagai penolong-penolong mereka.
Yang dimaksud
dengan "pertolongan" atau "syafaat" dalam ayat ini ialah
pertolongan yang diberikan oleh nabi kepada umatnya di hari kiamat untuk
mendapatkan keringanan atau kebebasan dari hukuman Allah. Syafaat itu hanyalah
akan berhasil apabila Allah memerintahkannya atau mengizinkannya.
Sifat Allah yang
lain yang disebutkan dalam ayat ini ialah bahwa Allah senantiasa mengetahui apa
saja yang terjadi di hadapan dan di belakang makhluk-Nya, sedang mereka tidak
mengetahui sesuatupun dari ilmu Allah, melainkan sekedar apa yang
dikehendaki-Nya untuk mereka ketahui. Kursi Allah (yaitu ilmu dan
kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dan Allah tiada merasa berat sedikit
pun dalam memelihara makhluk-Nya yang berada di langit dan di bumi, dan di
semua alam ciptaan-Nya. Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Mereka tidak
mengetahui ilmu Allah swt. kecuali apa yang telah dikehendaki-Nya untuk mereka
ketahui. Dengan demikian, yang dapat diketahui oleh manusia hanyalah sekedar
apa yang dapat dijangkau oleh pengetahuan yang telah dikurniakan Allah kepada
mereka, dan jumlahnya amat sedikit dibanding dengan ilmu-Nya yang luas. Hal ini
ditegaskan Allah dalam firman-Nya: