header ads
WHAT'S NEW?
Loading...
Showing posts with label Meurunoe. Show all posts
Showing posts with label Meurunoe. Show all posts

Dalam Membaca Alqur'an harus Paham dengan kaedah penulisan ejaan arab dan ketentuannya masing-masingnnya, nah pada tulisan singkat ini saya mencoba membahas tentang ketentuan bagaimana cara baca ayat suci Alqur'an ketika dihadapkan dengan "Ibtida' Hamzah Washal".

KETENTUAN IBTIDA' HAMZAH WASHAL
  1. Jika ada "Lam Alif" maka harakat di atas Hamzah tersebut adalah FATHAH
  2. Pada Kata (Arab=Kalimah) jika huruf ketiga berharakat "Fathah atau Kasrah, maka harakat Alif menjadi Kasrah.
  3. Dan Jika huruf ketiga berharakat Dhammah maka harakat Alif menjadi Dhammah.
Ketentuan-ketentuan di atas tidak berlaku pada ISEM.
Contoh: Ibnu, Ismu,

Semoga Bermanfaat.
Apabila ada tambahan atau saran untuk memperkaya tulisan ini silakan ditambahkan. :)
Dahari : Adakah Allah SWT itu wujud?
Abu hanifah : Ada
Dahari : Di mana Dia?

Abu Hanifah : Dia tidak bertempat

Dahari : Bagaimanakah suatu benda yang maujud itu tidak bertempat?

Abu Hanifah : Dalil tersebut terdapat pada diri kita. Bukankah pada diri kita adanya roh? Jadi di manakah terletaknya roh, adakah di kepala, di perut atau di kaki kamu? Dii dalam air susu ada lemak, jadi di manakah terletaknya lemak itu? Adakah di alas ataupun di bawah? Jadi begitulah Allah SWT yang tiada bertempat.

Dahari : Apakah yang terdahulu daripada Allah SWT dan apakah yang terkemudian daripada-Nya?

Abu hanifah : Tiada suatu yang terdahulu dan terkemudian daripada-Nya.

Dahari : Bagaimanakah suatu yang maujud tiada yang terdahulu dan terkemudian daripada-Nya?

Abu hanifah : Dalilnya terdapat pada diri kita. Apakah yang terdahulu daripada ibu jari dan apakah yang terkemudian daripada jari kelingking? Maka tiada sesuatu pun yang terdahulu dan yang terkemudian daripadanya, Demikianlah Allah SWT, tiada sesuatu yang terdahulu dan ter¬kemudian daripada-Nya.

  • Lam-alif (  ).
    Huruf  merupakan kombinasi dari 2 huruf yaitu: huruf  (lam) diikuti oleh huruf  (alif). 


  • Hamzah (  ).
    Huruf  bisa ditulis secara:
    1. Berdiri sendiri:  (hamzah)
    2. Di atas atau di bawah huruf  (alif):  (alif hamzah atas) atau  (alif hamzah bawah)
    3. Di atas huruf  (ya) tanpa dua titik di bawahnya:  (ya hamzah)
    4. Di atas huruf  (wau):  (wau hamzah).
    5. Di atas atau di bawah huruf  (lam-alif):  (lam-alif hamzah atas) atau  (lam-alif hamzah bawah)


  • Ta marbuthah (  ).
    Huruf  hanya muncul di akhir kata. Jika bacaan berhenti pada kata itu maka huruf  tersebut dibaca seperti huruf  (ha’). Jika bacaan tidak berhenti pada kata itu maka huruf  tersebut dibaca seperti huruf  (ta).

    Al-Israa’ (17): 39   Bunyi Surah: Klik Surah di Atas ! 


  • Alif Maksurah (  ).
    Huruf  yaitu huruf  (alif) yang ditulis seperti huruf  (ya) namun tanpa dua titik di bawahnya. Huruf  hanya muncul di akhir kata dan berfungsi sebagai tanda baca panjang, sebagaimana huruf  (alif) juga bisa berfungsi seperti itu.

    Al-Israa’ (17): 39   Bunyi Surah: Klik Surah di Atas !
  • Pengertian Tajwid menurut bahasa (ethimologi) adalah: memperindah sesuatu.
    Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. 

    Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca. 

    Belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah, sedang membaca Al-Quran dengan baik (sesuai dengan ilmu tajwid) itu hukumnya Fardlu ‘Ain. 

    Dalil Wajib Mempraktekkan Tajwid Dalam Setiap Pembacaan Al-Qur’an:


    1. Dalil dari Al-Qur’an. 

      Firman Allah s.w.t.:
      Artinya: Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid) 
      [Q.S. Al-Muzzammil (73): 4]. 

      Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah s.w.t. memerintahkan Nabi s.a.w. untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid). 

      Firman Allah s.w.t. yang lain:
      Artinya: Dan Kami (Allah) telah bacakan (Al-Qur’an itu) kepada (Muhammad s.a.w.) secara tartil (bertajwid) [Q.S. Al-Furqaan (25): 32]. 

    2. Dalil dari As-Sunnah. 

      Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. (istri Nabi s.a.w.), ketika beliau ditanya tentang bagaiman bacaan dan sholat Rasulullah s.a.w., maka beliau menjawab:
      Artinya: "Ketahuilah bahwa Baginda s.a.w. sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah s.a.w. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu." (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi) 

      Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah s.a.w. bersabda:
      Artinya: "Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang, yaitu: Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’az bin Jabal dan Ubai bin Ka’ad." (Hadits ke 4615 dari Sahih Al-Bukhari). 

    3. Dalil dari Ijma' Ulama. 

      Telah sepakat para ulama sepanjang zaman sejak dari zaman Rasulullah s.a.w. sampai dengan sekarang dalam menyatakan bahwa membaca Al-Qur’an secara bertajwid adalah suatu yang fardhu dan wajib. Pengarang kitab Nihayah menyatakan: "Sesungguhnya telah ijma’ (sepakat) semua imam dari kalangan ulama yang dipercaya bahwa tajwid adalah suatu hal yang wajib sejak zaman Nabi s.a.w. sampai dengan sekarang dan tiada seorangpun yang mempertikaikan kewajiban ini."
    Terdapat 4 tingkatan atau mertabat bacaan Al Quran yaitu bacaan dari segi cepat atau perlahan:

    1. At-Tahqiq:
      Bacaannya seperti tartil cuma lebih lambat dan perlahan, seperti membetulkan bacaan huruf dari makhrajnya, menepatkan kadar bacaan mad dan dengung. 

      Tingkatan bacaan tahqiq ini biasanya bagi mereka yang baru belajar membaca Al Quran supaya dapat melatih lidah menyebut huruf dan sifat huruf dengan tepat dan betul. 

    2. Al-Hadar:
      Bacaan yang cepat serta memelihara hukum-hukum bacaan tajwid. Tingkatan bacaan hadar ini biasanya bagi mereka yang telah menghafal Al Quran, supaya mereka dapat mengulang bacaannya dalam waktu yang singkat. 

    3. At-Tadwir:
      Bacaan yang pertengahan antara tingkatan bacaan tartil dan hadar, serta memelihara hukum-hukum tajwid. 

    4. At-Tartil
      Bacaannya perlahan-lahan, tenang dan melafazkan setiap huruf dari makhrajnya secara tepat serta menurut hukum-hukum bacaan tajwid dengan sempurna, merenungkan maknanya, hukum dan pengajaran dari ayat. 

      Tingkatan bacaan tartil ini biasanya bagi mereka yang sudah mengenal makhraj-makhraj huruf, sifat-sifat huruf dan hukum-hukum tajwid. Tingkatan bacaan ini adalah lebih baik dan lebih diutamakan.