header ads
WHAT'S NEW?
Loading...


Nabi Ayyub a.s. adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. Beliau tinggal di Syam, sekarang Syiria. Nabi yang satu ini sangat dikenal dengan sifat sabar yang tiada bandingnya. Sepanjang masa, jarang ditemukan orang yang mampu bertahan dalam ketabahan, setelah diterpa cobaan dan ujian seberat yang diberikan kepada Nabi Ayyub a.s.

Ayyub adalah anak keluarga kaya raya. Tanah pertaniannya Iuas, ternaknya melimpah ruah. Namun, meski bergeli mang kekayaan, Ayyub tetap menjadi hamba yang taat kepada Allah. Ibadah tak pernah bolong, kepada sesama gemar menolong. Kekayaan yang banyak itu tak cuma dipakai untuk diri dan keluarganya, namun juga untuk menolong siapa pun yang memerlukan pertolongan.
Semua orang mengakui, Ayyub adalah orang yang sangat saleh. Terutama sikap gemar menolongnya itulah yang membuat kesalehan Ayyub sangat terasa manfaatnya bagi masyarakat di sekitarnya.

Bahkan, tak hanya manusia yang mengagumi kesalehan Ayyub. Menurut riwayat, para malaikat pernah berbincang-bincang. Mereka membicarakan tentang orang yang paling saleh di muka bumi.
"Si Anu-lah yang paling saleh. la bersembahyang terus, sejak muda sampai tua," kata malaikat pertama.
"Masa sih, orang kayak gitu kau bilang saleh? Dia kan malas bekerja! Seharian bersembahyang terus isinya. Dia juga tidak bergaul dengan tetangga. Allah kan tidak suka cara bertakwa seperti itu?"
"lya ya. Lalu siapa yang paling saleh dong?"
"Si Itu, mungkin. Dia tekun sembahyang dan ringan hati membantu orang."
"Waah, kalau dia sih bukan saleh namanya. Tapi riya, pamer! Coba lihat, berapa kali dia memamerkan dan mengungkit-ungkit pertolongannya kepada orang lain?"
"Hmmm... iya juga. Atau... Si Ayyub? Bagaimana dengan dia?"
"Nhaa... itu baru orang saleh... Saat ini mah, tak ada yang bisa menandingi kesalehan Ayyub.."
Ternyata, pendapat terakhir itu disetujui oleh semua malaikat.

Namun, ternyata ada sepasang telinga yang diam-diam mendengar perbincangan para malaikat itu. Itulah telinga setan. Setan, yang memang selalu berusaha agar anak cucu Adam masuk neraka, merasa geram.
"lni tidak boleh dibiarkan! Hams kubuktikan bahwa Ayyub tak beda dengan manusia-manusia lainnya!" gerundel setan. Maka, setan meminta izin kepada Allah untuk menggoda Ayyub. Setan beralasan bahwa sebenarnya ibadah Ayyub hanyalah dilandasi kecintaan kepada harta bendanya.
Setan pun beraksi. Di menjalankan rencananya untuk menggoda Ayyub, agar meninggalkan keimanan kepada Allah.

Pada langkah pertama, setan dengan perkenan Allah menghancurkan kekayaan Ayyub. Wabah penyakit hewan didatangkan, sehingga   ribuan   ternak   Ayyub   mati. Begitu pula dengan penyakit tanaman serta air yang sulit didapat, sehingga     menyebabkan ladang    dan     kebun Ayyub meranggas.

Ayyub pun jatuh miskin, la tak lagi memiliki apa-apa. Kekayaannya yang dulu tak tertandingi, kini musnah sudah. Lebih mengenaskan lagi, akibat Ayyub jatuh miskin, dua istrinya pergi meninggalkannya. Lengkap sudah derita Ayyub. Beruntung, masih ada satu istri yang setia, bernama Rahman.

Dengan keadaan seperti itu, setan berharap agar Ayyub kehilangan rasa syukurnya kepada Allah.
Namun setan salah duga. Ayyub, dengan jubah kumalnya, menyeru Allah dalam doanya. "Wahai Allah... Sungguh, Engkau berkuasa atas segala sesuatu. Engkaulah pemilik ini semua, bahkan pemilik jiwaku. Jika Engkau berkehendak mengambil ini semua, itu hak-Mu semata-mata. Segala puji bagi-Mu atas segala nikmat yang telah Kau berikan."
Setan merengut. la kecewa sekali, ternyata keimanan Ayyub tidak bergeser sejengkal pun. Setan pun mendapat ide baru. "Rasa syukur dan kesabaran Ayyub yang demikian besar masih ada karena ia masih memiliki anak-anaknya. Pasti imannya akan tergoncang kalau anak-anaknya ikut lenyap bersama hartanya."
Kemudian, setan menggoncang-goncang rumah Ayyub, tempat tinggal anak-anak Ayyub. Rumah itu runtuh, anak-anak Ayyub terbunuh. Ayyub, sebagai seorang ayah yang normal, menangis sedih karena kematian anak-anaknya.

Dalam keadaan seperti itu, setan datang. la menyamar dalam wujud seorang laki-laki. Menghampiri Ayyub, setan berkata,
"Wahai Ayyub, malang nian nasibmu. Kemarin hartamu ludes tak bersisa. Kau jatuh melarat. Sekarang, anak-anakmu mati semua. Menurutku, Allah tidak suka kepadamu. Jadi sia-sia saja kau beribadah dan menolong orang lain selama ini."
Tetap dengan wajah tenang meski di matanya air masih menggenang, Ayyub menjawab,
"Allah berhak memberi, Allah berhak mengambil. Maka pujian selalu untuk-Nya. Saat Dia memberi, saat Dia mengambil. Saat Dia murka, saat Dia rida. Saat Dia mendatangkan manfaat, saat Dia mendatangkan mudarat."

Untuk kali kedua, setan tercengang. la malu dan merasa kalah. Namun demikian, bukan setan namanya kalau kehabisan akal. Masih ada kesempatan lain baginya untuk meruntuhkan keimanan Ayyub. Nah, ide yang muncul kemudian tak kalah sadis. Ayyub akan dibuat sakit. Penyakitnya pun bukan penyakit sembarangan, namun penyakit yang akan membuat semua orang merasa jijik kepada Ayyub.
Setan menjalankan rencana ketiga. Bersama anak buahnya, ia mendatangi Ayyub, menghujaninya dengan bibit penyakit kulit. Tak berapa lama kemudian, kulit Ayyub mulai terasa gatal-gatal. Kulit yang gatal berair itu lama-lama menimbulkan nanah, dan akhirnya sekujur tubuh Ayyub penuh dengan luka-luka bernanah yang bau dan menjijikkan. Setiap orang yang berdekatan dengannya pasti tak kuasa menghirup nafas. Mereka akan pergi menghindari Ayyub. Ayyub pun dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya.

Untunglah, Rahman istri tercinta Ayyub merawatnya dengan sangat telaten dan setia. Sehingga, dalam keadaan sedemikian pun bibir Ayyub masih tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah.
Setan semakin geram. "Cile bener tuh si Ayyub. Masa sudah benar-benar sengsara seperti itu masih saja bersyukur? Apanya yang disyukuri? Lihat saja, itu tak akan berlangsung lama lagi."
Setan segera datang kepada Rahmah. Kepada istri Ayyub itu, ia membujuk, mengungkit-ungkit kebahagiaan masa lalu Ayyub dan Rahmah, serta kekayaan mereka yang melimpah. Sebaliknya, setan juga menunjukkan bahwa kehidupan mereka saat ini benar-benar menyedihkan.
Termakan rayuan setan, Rahmah menemui suaminya. la mengeluhkan keadaan mereka sekarang, kemelaratan, serta derita penyakit yang dialami Ayyub.

"Suamiku, sampai kapan Allah akan menimpakan ini semua? Kenapa engkau tidak memohon kepada Allah agar kita segera lepas dari nestapa ini? Agar kita segera kembali ke hidup yang seperti dulu? Serba berkecukupan, harta banyak, anak-anak sehat..," demikian Rahmah berkata dengan nada memohon.
Ayyub menatap lekat mata istrinya. Wajahnya menunjukkan amarah. la segera menjawab ratapan istrinya dengan keras,
"Hei Rahmah! Ingatkah kau, berapa lama kita hidup bahagia serba berlimpah harta??"
"Delapan puluh tahun," jawab Rahmah.
"Lantas, berapa lama kita diterpa kemelaratan dan kesengsaraan ini?"
Rahmah tampak tercenung sesaat, lalu kembali menjawab pertanyaan suaminya. "Tujuh tahun."
"Nan!" sahut Ayyub segera. "Bandingkan saja, derita yang kita rasakan ini belum apa-apa jika kita mengingat karunia Allah yang sedemikian besar kepada

kita, Rahmah! Aku malu kepada Allah jika harus mengadukan ini semua!"
"Tapi suamiku..."
"Tapi apa??!!" suara Ayyub meninggi. "Sudahlah Rahmah! Kalau kau memang tidak tahan menanggung derita bersamaku, pergi saja! Kau telah termakan bujuk rayu setan! Pergi saja sana! Tapi jika kau kembali, aku akan memukulmu seratus kali!"
Ayyub berpaling dari istrinya. Wajah Rahmah memerah. Tersinggung dengan perkataan Ayyub, sekaligus memang telah jenuh dengan penderitaan mereka, Rahmah segera angkat kaki. la pergi. Meninggalkan suaminya tercinta, yang telah puluhan tahun bersamanya.

Sungguh, Ayyub lelaki yang tabah dan teguh. Bahkan hingga beberapa waktu semenjak kepergian istri terkasihnya pun, tak ada satu kata keluhan keluar dari mulutnya. Yang senantiasa meluncur dari lisannya adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah. Ya, meski derita tak henti menyakitinya, ia menyadari, nikmat Allah sungguh jauh lebih besar.
Allah melihat ketabahan Ayyub. Allah melihat bahwa Ayyub telah lulus dari ujian-Nya. Diiringi dengan wajah cemberut setan yang merasa kalah telak, Allah memutuskan untuk segera mengakhiri ujian tersebut. Maka, Allah berfirman kepada Ayyub,
Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. (Q.S.Sad [38]: 42).
Maka, Ayyub pun melaksanakan apa yang menjadi petunjuk Allah, la menghentakkan kakinya ke tanah. Air memancar, dan Ayyub membasuh tubuhnya dengan air itu. Hanya dalam beberapa detik saja, luka-luka bernanah di tubuh Ayyub mengering, terkelupas, lalu rontok satu per satu. Kulit Ayyub kembali mulus dan kencang, seperti kulit seorang lelaki muda.

Sementara itu, Rahmah duduk tepekur. la merasa sangat kesepian. "Bagaimanapun Ayyub suamiku," begitu hatinya berkata. Ya, Rahmah mulai menyadari kesalahannya. la teringat akan nasihat suaminya untuk selalu bersyukur kepada Allah, apa pun yang terjadi pada diri mereka.
Lambat laun, Rahmah merasakan kerinduan yang amat sangat kepada Ayyub. la menangis. Tak berapa lama kemudian, tekadnya membulat, untuk kembali kepada suaminya. "Entah apa tanggapannya nanti," batin Rahmah.
Rahmah melangkah mantap. Beberapa hari ia berjalan, untuk kembali kepada Ayyub suaminya.
"Aku mencari Ayyub," katanya, saat seseorang membukakan pintu untuknya. Rahmah heran, sebab yang membukakan pintu rumah Ayyub bukanlah suaminya, melainkan seorang lelaki tampan.
"Kau... Rahmah?" tanya lelaki itu.
"Betul, Anda siapa?"
"Mau apa kau kemari?"
"Saya ingin kembali kepada Ayyub, suami saya," jawab Rahmah dengan nada tidak senang karena pertanyaan-pertanyaan si lelaki.
Beberapa detik kemudian, barulah Rahmah sadar bawa pria tampan di hadapannya itu tak lain adalah suaminya sendiri. Maka, meledaklah tangisnya. Ayyub, yang juga telah lama merindukannya, tak kuasa juga menahan perasaannya. Mereka berangkulan, menangis bersama.
Namun, tiba-tiba Ayyub teringat dengan sumpah yang pernah diucapkannya, yakni untuk memukul Rahmah seratus kali jika istrinya itu kembali kepadanya. Ayyub pun bingung.
Di satu sisi ia wajib melaksanakan sumpahnya, di sisi lain ia sangat menyayangi dan merasa kasihan kepada istri yang pernah diusimya. Melihat kebingungan Ayyub, Allah Yang Maha Pengasih berfirman kepadanya,
Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah... (Q.S. Sad: 42).
Maka, Ayyub a.s. pun mengumpulkan seratus batang rumput. Dengan seikat rumput tersebut, Ayyub memukul istrinya dengan sekali pukulan. Sehingga, Ayyub tetap memenuhi sumpahnya, tanpa hams menyakiti istrinya.
Akhirnya, Ayyub hidup berbahagia bersama Rahmah. Mereka kembali dianugerahi kekayaan sebagaimana yang telah pernah mereka dapatkan, juga mendapatkan banyak sekali anak dan cucu.
Demikianlah kisah Nabi Ayyub a.s. sang penyabar. Sikap sabarnya menjadi panutan umat manusia. Sampai-sampai terasa pas di telinga jika ada orang mengatakan, "Si Anu sangat sabar, bagaikan Ayyub." Bahkan tak hanya manusia, Allah swt. sendiri mengakui dengan jelas dalam firman-Nya:
...Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah). (Q.S. Sad: 42).


Dosen UIN Ar-Raniry Ajak Mahasiswa ke Gereja
Sedang marak-maraknya berita masalah pendangkalan akidah di Aceh ternyata dalangnya bukanlah orang luar, inilah berbagai opini masyarakat yang dengar dimulut orang sekitar kita bahkan ada yang menghujat dengan kata nista terhadap pelaku yang melakukan study di salah satu Gereja tersebut. Banyak alumni Universitas Islam Negeri Ar-Raniry kecewa dengan ulang Oknum Dosen yang membawa mahasiswa ke gereja yang berada di Banda Aceh, seperti tulisan Misral Yusuf dalam postingan Facebooknya semalam..
Malam ini saya di Bullly Gara2 Pemberitaan Media tentang "Dosen UIN Ar-Raniry Ajak Mahasiswa ke Gereja"
Inilah tanggapan saya terhadap berbagai pertanyaan saudara2 dan sahabat Fb.
Sungguh miris membaca tulisan ini, kalau memang study ke gereja itu penting untuk pengembangan study mata kuliah terrtentu mnrut saya hal sprt itu boleh2 saja,toh kita cma belajar.. tetapi saya melihat Ibu Rosnida terllu Pluralis sehingga lupa terhadap batasan2 agama islam,,,Islam memang agama yang rahmatan lil alamin,tapi dalam konteks agama kita punya pandangan tersendiri yaitu Lakum Dinukum Waliyadin"bagimu agamamu dan bagiku agamaku"(Qs.Al-Kafirun: 6),,, saya rasa inilah tantangan Aceh kedepan sebagai daerah yg menjalankan syariat Islam dan UIN Ar-Raniry Banda Aceh sbg Kampus yang platformnya juga Islam bagaimana kita berupaya memagari dan membentuk karakter masyarakat Aceh yg Islami,saya berharap kpd UIN Ar-Raniry Banda Aceh agar bisa menjalankan fungsi kontrol trhdap seluruh civitas akademika UIN Ar-Raniry Banda Aceh agar hal ini tidak terulang kembali, karena tindakan Ibu Rosnida benar2 telah merugikan intitusi UIN Ar-Raniry Banda Aceh sbg kampus Islam***MY***
Di beberapa media sosial yang kita baca sekarang berita ini sudah menjadi trend topik di Aceh, sebuah kementar pengguna jasa medsos disalah satu media berkomentar, tidak salah kalau kita belajar tentang kristologi atau sejenisnya yang penting ada etika, kalau memang menurut dosen itu untuk studi gender mengapa harus mengambil tempat di rumah ibadah agama lain, nah dari sisi inikan tidak sesuai kata dia.
Aceh secara hukum telah disahkan syari’at Islam, tetapi kenapa masih ada oknum yang yang berulah seperti ini? Apakah karena pengaruh ideologi dari luar ya? Jauh sebelum berita ini ada, saya dan teman pernah berdiskusi tentang Perang Pemikiran non-muslim di Aceh sangat gencar. Bisa jadi, ini bisa jadi ya, beasiswa yang di tawarkan ke luar negeri itu hanya untuk mendangkalkan akidah kita kali ya. Wallahu’alam.
-Nasib Aceh di ujung tandukPengaruh Ghazwul Fikri-

Muazzin
Asal kata azan dari kata uzun (telinga), fungsi azan adalah sebagai pemberitahuan bahwa sudah tibanya waktu shalat shalat. Azan dan iqamah hanya untuk shalat fardhu tidak disunatkan azan waktu memasukkan mayit ke dalam kubur. Sebelum azan dijadikan sebagai tanda masuk waktu shalat para sahabat mengusulkan kepada rasulullah untuk memberi tanda dengan sesuatu, maka diantara sahabat ada yang mengusulkan perberitahuan masuk waktu shalat dengan meniup terompet yang terbuat tanduk binatang dan ada juga yang mengusulkan dengan membunyikan lonceng atau beduk. Maka dalam kelompok pengusulan tersebut ada yang mengusulkan dengan panggilan langsung, namun waktu itu tidak ada yang menjawabnya kecuali Abdullah bin Zaid al-Anshary.

Abdullah bin Zaid al-Ashary melaporkan kepada Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bahwa beliau pernah bermimpi bagaimana cara memanggil orang atau memberitahu orang-orang bahwa sudah waktunya shalat tiba. Beliau menceritakan isi meimpi tersebut bahwa seuatu ketika dia lelap dalam tidurnya ada sosok yang mengajarkan bagaimana cara memeberitahukan tibanya waktu shalat. Beliau menirukan isi mimpi tersebut di depan Rasulullah.
Allahu Akbar
Allahu akbar
Asyhadualla ilahaillah
Asyhadualla ilahaillah
Asyhaduanna Muhammadarrasulullah
Asyhaduanna Muhammadarrasulullah
Hayya’alashshalah
Hayya’alashshalah
Hayya’alal falah
Hayya’alal falah
Allahu akbar
Allahu Akbar
Lailahaillalah

Rasullah membernarkan mimpi tersebut, beliau mengatakan yang mengajari engkau hai abdullah itu malaikat datang kemimpi mu. Jadi betul isi saya begitu sahut abdullah? Iya Jawab Rasul. Wahai Abdullah sampaikan isi mimpi-mimpi tersebut dan ajarkan kepada Bilal bahwa ini adalah cara yang tepat untuk umat dalam memeberitahukan waktu shalat sudah tiba.

Lafaz azan tersebut diajarkan kepada Bilal, kemudian bilal mengumangkankan azan tersebut disaat waktu shalat tiba. Dengan suara yang nyaring dan merdunya suara bilal mengumandangkan azan sehingga suara itu terdengar disekitar pemukiman rasulullah. Suara yang mendayu-dayu dan mersu itu didengar oleh masyarakat sekitar tidak kecuali saidina Umar. Dalam hati saidina Umar suara itu tidak asing baginya, beliau juga pernah mimpi juga bagaimana lafaz azan tersebut. Saidina umar datang kepada rasulullah juga untuk membenarkan isi azan tersebut, Rasulullah membernarkan mimpi itu.

Azan mengandung ungkapan tauhid baik naqli ataupun aqli karena lafaz azan itu mengesakan dan menafikan kesyirikan kepada Allah. Sehingga di saat bayi lahirpun kita disunnahkan untuk mengumandangkan azan agar kelak nanti tidak mensyarikat ke-ahadan-Nya, dengan kalimah tauhid tersebut disaat pertama kali di alam dunia maka kita berharap ridha Allah agar selalu menjaga diberikan hidayah oleh-Nya.

Inilah sejarah azan yang penulis tahu dari hasil study selama ini, jika ada tambahan dari pembaca semua mohon berikan masukan agar tulisan ini layak jadi refernsi akurat bagi pembaca yang lain.

-->
A. PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap pendidikan. Islam menerapkan sistem pendidikan sepanjang hayat, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahad”.
Bila kita cermati di dalam hadits ini ditegaskan bahwa tonggak awal pendidikan terjadi di dalam lingkup keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan, masyarakat, sekolah dan dunia luar lainnya. Dia terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya terutama kedua orang tuanya.
Dapat kita pahami bahwa pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan dari keluarganya. Hal pertama yang sangat penting ditanamkan dalam diri anak dalam proses pendidikannya yang pertama ini adalah penanaman nilai-nilai agama. Ini sangat penting karena sedini mungkin di dalam diri anak harus dibangun besic agama yang kuat sebagai bekal baginya untuk menjalani kehidupannya.
Penanaman dan pembinaan pendidikan agama pada diri anak menurut peran aktif keluarganya yang tidak bisa diabaikan begitu sja. Adalah kesalahan yang sangat fatal bila menyerahkan pembinaan pendidikan agama anak pada lingkungan, masyarakat maupun sekolah saja. Hal ini disebabkan tanggung jawab pendidikan agama yang paling awal bagi anak terletak di pundak orang tuanya.
Di dalam makalah ini insya Allah kita akan membahas bagaimana idealnya peran keluarga dalam pembinaan pendidikan agama anak. Dalam hal ini kita akan menyoroti bagaimana konsep Islam terhadap pendidikan dalam keluarga, fase-fase pendidikan yang diberikan kepada anak, urgensi pembinaan pendidikan agama terhadap anak dalam keluarga, maupun hal-hal lain yang berkaitan erat dengan peran keluarga dalam pembinaan pendidikan agama.
Penulisan makalah ini di dukung berbagai leteratur, baik berupa buku-buku yang relevan, internet dan media lainnya. Untuk memperdalam wawawan kita tentang materi dalam makalah ini dapat dilakukan dengan merujuk literatur aslinya yang kami cantumkan dalam bentuk foot note maupun daftar pustaka.

B. PERANAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA
a. Konsep Pendidikan dalam Keluarga Menurut Islam
Dalam ajaran Islam, anak merupakan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Dlaam ruang lingkup keluarga, orang tua bertanggung jawab terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesempurnaan pribadi anak menuju kematangannya. Secara umum, inti dari tanggung jawab itu adalah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak di dalam rumah tangga.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak. Karena secara kodrati, keluarga merupakan absis penentu dalam pengembangan pendidikan anak pada masa depan. Dalam keluarga terjadai intraksi antara satu dengan lainnya sehingga terjadi proses transformasi nilai, baik spritual maupun sosio kultural.
Secara umum, dunia mengakui pendidikan sidini mungkin sangat penting bagi anak. Disisi lain, Islam mengajarkan lebih dari itu, bahwa pendidikan itu telah berlangsung sejak dalam kandungan. Ini sejalan dengan hadits Rasulullah saw, yang artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahad”. Lebih jauh lagi, sebelum memilih jogohpun seseorang harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan menjaga dirinya dari hal-hal yang dilarang agama. Ini merupakan bentuk pembiasaan diri yang dimulai dari diri sendiri demi mempersiapkan keturunannya kelak. Begitu juga dalam memilih jodoh, Islam menetapkan beberapa syarat yang juga memberi implikasi terhadap kualitas keturunan kelak.
Dalam konteks edukatif, maka sebuah keluarga muslim yang paling utama adalah berfungsi dalam memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Rasulullah saw bersabda:
ﻋﻟﻣﻭٰﺍﻭﻻﺩﻛﻡﻭﺍﻫﻟﻳﻛﻡﺍﻟﺧﻴﺭﻮﺍﺩﺑﻭﻫﻡ
“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka. (H.R. Abdur Razaq dan said bin Mansur).
Hadits di atas menunjukkan bahwa Islam senagat memperhatikan pendidikan anak dalam keluarga. Kita tentu sepakat bahwa tidak ada yang lebih berbahaya terhadap masyarakat daripada kerusakan anak-anak sebagai generasi pengganti dan pemimpin masa depan kita. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan hal ini dengan perhatian yang khusus dari sisi pendidikan mereka. Yakni dengan pendidikan yang memberikan jaminan keamanan dan kebahagian bagi kaum muslim. Cikal bakal pendidikan anak dimulai dari dalam setiap rumah tangga di bawah naungan kedua orang tuanya.

b. Ornag Tua Sebagai Central Teacher dalam Keluarga
Di dalam keluarga, orang tua berperan sebagai pendidik yang utama bagi anak-anaknya. Idealnya orang tua diharapkan dapat membimbing, mendidik, melatih dan mengajar anak dalam masalah-masalah yanga menyangkut pembentukan kepribadian dan kegiatan belajar anak.
Pendidikan dalam keluarga adalah upaya pembinaan yang dilakukan orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembanga sebagaimana mestinya. Seluruh potensi anak dapat berkembang, yaitu jasmani, akal dan rohani. Ketida aspek ini merupakan sasaran pendidikan di dalam keluarga yang harus diperhatikan setiap orang tua.
Dalam konteks fungsi edukatif, maka sebuah keluarga muslim (dalam hal ini orang tua) yang paling utama berfungsi dalam memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Berkaitan dengan pemberian keyakinan agama, sesungguhnya anak memang dilahirkan dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah melalui pendidikan di keluarga yang akan menentukan apakah anak tersebut akan menjadi muslim, nasrani, majusi atau yahudi.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa peran orang tua dalam pendidikan anak di keluarga sangatlah besar. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa orang tua adalah central teacher dalam keluarga. Hal ini disebabkan setiap anak mendapatkan pendidikan pertama kali dan biasanya yang paling membekas dari orang tuanya.
Orang tua menjadi pendidik pertama dan utama. Kaedah ini ditetapkan secara qodrati, artinya orang tua tidak dapat berbuat lain, mereka harus menempati posis itu dalam keadaan bagaiamanapun juga. Karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua anak yang dilahirkan. Oelh karena itu, mau tidak mau mereka harus menjadi penanggung jawab pertama dan utama. Kaedah ini diakui oelh semua agama dan semua sistem nilai yang dikenal manusia.
Ada pribahasa yang mengatakan “buah tidak jauh jatuh dari pohonnya”, artinya, seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan watak, tabiat dan kebiasaan orang tuanya. Karena itu, pendidika keluarga yang diberikan oelh orang tua akan berimbas sangat besar terhadap anaknya. Proses pendidikan yang diberikan oelh orng tua kepada anaknya dapat melalui beberapa alat pendidikan (non fisik), yaitu, keteladanan, pembiasaan, hukuman dan ganjaran, dan pengawasan. Alat pendidikan non fisik ini dapat difungsikan oleh orang tua di rumah (dalam keluarga) untuk mempengaruhi anak agar melaksanakan nilai-nilai kebaikan dan membina perkembangan potensi dirinya.
Bila alat pendidikan non fisik ini dimanfaatkan secara maksimal oleh orang tua ke arah yang positif maka akan berimbas positif pula terhadap perkembangan anak. Sebaliknya jika alat pendidikan non fisik ini disalah gunakan oleh orang tua, maka akan berdampak negative terhadap diri anak. Contohnya bila orang tua memberi keteladanan dengan sikap dan perbuatan yang baik, maka anak akan cenderung untuk mengikuti sikap dan perbuatan baik tersebut. Begitu juga sebaliknya.

c. Urgensi Penerapan/ Pembinaan Pendidikan Agama terhadap Anak dalam Keluarga
Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak sejak dini mengingat bahwa pribadi anak masih mudah untuk dibentuk. Setiap anak berada di bawah pengaruh lingkungan keluarganya. Keluarga merupakan lembaga yang sangat strategis dalam proses pendidikan bagi anak. Mengingat fungsi strategis tersebut, maka pendidikan agama yang merupakan pendidikan dasar harus dimulai dari lingkungan keluarga oleh orang tua.
Pendidikan agama dan spritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus dapat perhatian penuh dari keluarga terhdap anak-anaknya. Pendidikan agama dan spritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama dan pengamalan ajaran-ajaran agama.
Dari segi kegunaan, pendidikan agama dalam rumah tangga berfungsi sebagai berikut:
-         Penanaman nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya.
-         Penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai hidup dan pengetahuan di sekolah.

Pembinaan pendidikan bagi anak di dalam keluarga memiliki kedudukan yang sangat urgen, keluarga menjadi lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Karena itu, pendidikan agama idealnya ditanamkan pertama kali di dalam keluarga.
Bekal pendidikan yang diperoleh anak dari lingkungan keluarga akan memberinya kemampuan untuk menentukan arah di tengah-tengah kemajuan yang demikian pesat. Keluarga muslim merupakan keluarga-keluarga yang mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik generasi-generasinya untuk mampu terhindar dari berbagai bentuk tindakan yang menyimpang. Oleh sebab itu, perbaikan pola pendidikan anak dalam keluarga merupakan sebuah keharusan dan membutuhkan perhatian yang serius. Hal yang tidak bisa kita abaikan adalah bahwa tujuan utama pembinaan pendidikan agama dalam keluarga adalah penanaman iman dan akhlaq terhadap diri anak.
Pembentukan kepribadian anak sangat erat kaitannya dengan pembinaan iman dan akhlak yang ditanamkan melalui pendidikan agama. Secara umum, pakar-pakar kejiwaan berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan prilaku seseorang. Keperibadian terbentuk melalui semua pengamalan dan nilai-nilai yang diserap dalam pertumbuhannya, terutama pada tahun-tahun pertama umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, tingkah laku orang tersebut akan diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agma. Di sinilah letak urgensi pembinaan pendidikan agama terhadap anak di dalam keluarga, khususnya pada masa-masa perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut. Oleh sebab itu keterlibatan orng tua dalam pembinaan pendidikan anak di keluarga sangat diperlukan.
Sedangkan menurut al-Qurasyi ada tiga tugas keluarga (orang tua), yaitu:
1.      keluarga bertanggung jawab menyelamatkan faktor-faktor ketenangan, cinta kasih, serta kedamaian dalam rumah, dan menghilangkan segala macam kekerasan, kebencian dan antagonisme.
2.      2. Keluarga harus mengawasi proses-proses pendidikan.
3.      3. Keluarga harus memberikan porsi yang besar pada pendidikan akhlak, emosi serta agama anak-anak di sepanjang tingkat usia yang berbeda-beda.

d. Pendidikan Pra Natal
Pendidikan merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa fase secara garis besar ada dua fase dalam pelaksanaan proses pendidikan, yaitu pendidikan pra natal 9pra konsepsi dan pasca konsepsi) dan pendidikan pasca natal (pendidikan setelah kelahiran).
Fase pranatal adalah fase sebelum kelahiran anak. Fase pranatal terbagi kepada dua masa pra konsepsi (masa sebelum terjadinya pertemuan antara sperma dan sel ovum) dan masa pasca konsepsi (masa kehamilan).
Pada masa pra konsepsi berkait erat dengan tujuan pernikahan. Pernikahan di dalam Islam salah satu tujuannya adalah untuk memelihara keturunan. Karena itu, mulai proses memilih jodoh telah berorientasi pada kepedulian utama dalam merancang pendidikan anak. Mulai proses persiapan diri seorng mukmin untuk menikah, memilih jodoh, pernikahan sampai ketika telah diporbelehkan melakukan hubungan suami istrei dalam konsep Islam terdapat nilai-nilai pendidikan yang sangat berharga yang berimplikasi pada kualitas keturunan.
Nilai-nilai pendidikan itu terdapat antara lain pada konsep Islam dalam menentukan syarat-syarat memilih jodoh yang mengutamakan agama sebagai kriteria yang tidak dapat ditawar-tawar, ta’aruf dan peminangan untuk lebih mengetahui latar belakang calon pasangan hisup yang akan dinikahi, resepsi atau walimatul ‘ursy yang dilengkapi dengan khutbah pernikahan, bahkan setelah halal melakukan persetubuhanpun Islam mengajarkan agar membaca doa sebelumnya sehingga pasangan suami isteri dan anak yang (mungkin) akan dikaruniakan Allah SWT dijauhkan dari syaitan.
Pendidikan pada masa pasca konsepsi bersifat tidak langsung (indirect education). Pada fase pranatal pasca konsepsi terjadi pertumbuhan yang penting di dalam rahim ibu. Suasana kesehatan dan kejiwaan ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam rahimnya. Rangsangan yang diberikan ibu kepada anaknya dalam rahim sangat penting bagi perkembangan selanjutnya. Ibu sebaiknya mengaktifkan komunikasi pada anak sejak dalam rahim.
Memasuki bulan keenam dan ketujuh pada masa kehamilan, bayi mulai mendengar suara-suara seperti detak jantung ibu, suaru usus dan paru-paru, dan juga suara lain di luar rahim. Semua itu didengarkan melalui getaran ketuban yang ada dalam rahim. Suara ibu adalah suara manusia yang paling jelas di dengar anak, sehingga suara ibu menjadi suara manusia yang paling disukai anak. Anak menjadi tenang ketika ibunya menepuk-nepuk perutnya sambil membisikkan kata-kata manis. Hal ini akan menggoreskan memori di otak anak. Semakin sering hal itu diulang semakin kuat getaran itu pada otak anak. Kemampuan mendengar ini sebaiknya digunakan oleh ibu untuk membuat anaknya terbiasa dengan ayat-ayat al-Qur’an. Karena suara ibulah yang paling jelas maka yang terbaik bagi anak dalam rahim adalah bacaan ayat al_qur’an oleh ibunya sendiri, bukan dari tape, radio atau dari yang lain. Semakin sering ibu membaca al-Qur’an selama kehamilan, semakin kuatlah getaran memori al-Qur’an di otak anak.
Selain membaca al-Qur’an orang tua dapat memberikan pendidikan pada fase pasca konsepsi dengan mendoakan anak di dalam kandungannya, menjaga kesehatan dan memakan makanan yang bergizi (halal dan baik), meluruskan niatnya dengan ikhlas merawat kandungannya semata karena Allah, mendekatkan diri kepada Allah baik dengan ibadah-ibadah wajib maupun memperbanyak ibadah sunnah serta berakhlak mulia sehingga memberi pengaruh postitif kepada anak di dalam kandungannya.

e. Pendidikan Pasca Natal
Pendidikan pasca natal terbagi menjadi lima fase, yaitu:
  1. Pendidikan bayi (infancy or babyhood)
Fase ini berlangsung sejak anak tersebut lahir sampai berumur dua tahun. Pada fase ini anak didominasi oleh aktivitas merekam. Pada umumnya setiap bayi sangat tergantung pada bantuan orang lain terutama ibunya.
Bagi anak yang baru lahir, beberapa pesan dianjurkan Rasulullah saw, agar diterapkan yang merupakan pelaksanaan pendidikan bagi bayi, diantaranya:
-         Azan dan iqomat, yang mengandung hikmah memberikan seruan suci untuk beribadah kepada Allah SWT. Melalui azan dan iqamat seorang anak dikenalkan kepada rabbnya.
-         Mencukur rambut bayi, yang mengandung unsur kebersihan dan kesehatan.
-         Tasmiyah, memberi nama yang baik kepada anak karena nama merupakan cerminan harapan do’a. memberikan nama yang baik mengandung unsur pendidikan yang memberi pengaruh terhdap anak kelak di masa dewasa, diharapkan anak akan tumbuh sesui denga kabaikan yang tecermin dari namanya.
-         Aqidah, ini mengandung hikmah pengorbanan dan tanggung jawab orang tua kepada anaknya serta indikator ketaqwaan kepada Allah SWT.
-         Khitan, unsur pendidikan dari khitan ini melatih anak mengikuti ajaran Rasul, khitan membedakan pemeluk Islam dan pemeluk agama lain, khitan merupakan pengakuan penghambaan manusia terhadap Allah SWT, khitan membersihkan badan dan berguna bagi kesehatan.
-         Menyusui, mengandung unsur pendidikan yang sangat baik, terutama curahan kasih sayang kepada anak yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Selain itu, ASI juga bak untuk kesehatan, pertumbuhan, perkembangan fisik bahkan kecerdasan anak.

  1. Pendidikan Kanak-kanak (early childhood)
Masa kanak-kanak berlangsung dari usia 2-5 atau 6 tahun dan disebut juga dengan masa estetika, ams indera dan masa menentang orang tua. Pada fase ini anak didominasi oleh aktivitas merekam dan meniru. Umumnya perkembangan anak lebih cepat, sehingga aktivitas meniru muncul lebih cepat. Pada masa-masa inilah lingkungan keluarga memberikan nilai-nilai pendidikan lewat kehidupan sehari-hari. Semua orang yang berada di lingkungan keluarga khususnya memberikan perlakuan dan keteladanan yang baik secara konsisten. Ketika anak sudah mulai bermain di luar rumah, kelarga harus bisa membentengi anak dari nilai-nilai atau contoh buruk yang ada di luar.
Manurut Fatima Harren fase ini merupakan fase cerit dan pembiasaan. Pada saat inilah terdapat lapangan yang luas bagi orang tua untuk menggali cerita-certia al-Qur’an dan sejarah perjuangan Islam.
Pada usia ini sangat disarankan agar dalam mendidik anak, orang tua tidak boleh terlalu lembut ataupun terlalu ekstrim. Orang tua harus memahami bahwa anak di usia ini sangat senang bermain. Hendaknya orang tua bisa bijaksana dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan agama kepada anak sambil bermain sehingga anak tidak merasa bosan dan terpaksa. Kebiasaan dan pembiasaan pada anak akan sangat menetukan bagi keberhasilan pendidikan agamnya pada masa itu.

  1. Pendidikan Anak-anak (late-childhood)
Fase ini terjadi pada usia 6-12 tahun. Pada fase ini anak diajarkan adab, sopan santun, akhlak, juga merupakan masa pelatihan kewajiban seorang muslim seperti shalat dan puasa.
Rasulullah saw bersabda yang artinya:
“ Apabila abak telah mencapai usia enam tahun, maka hendaklah diajarkan adab dan sopan santun”. (H.R. ibnu hibban).
Pada hadits yang lain, yang artinya:
“ Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah mereka pada usia sepuluh tahun bila mereka tidak sholat, dan pisahkan mereka dari tempat tidurnya (laki-laki dan perempuan)”. (H.R. Al-Hakim dan Abu Dawud).
Pada fase ini merupakan masa sekolah dasar bagi anak. Pada usia sekolah ini anak sudah berhubungan dengan temannya dalam kelompok bermain yang dpaat dimanfaatkan untuk menemkan pendidikan Islam, seperti rekreasi bersama untuk memperkenalkan keindahan alam ciptaan Allah, kerjasama dalam rangka berpartisipasi dalam sociaal keagamaan dan sebagainya.
Pada fase ini orang tua dituntut untuk :
-         mengembangkan rasa iman dalam diri anak-anak
-         Membiasakan anak-anak melakukan amalan-amalan sebagai permulaan hidup menurut Islam yang diridhoi Allah SWT.
-         Memberikan bimbingan dalam menegakkan sifat-sifat kemasyarakatan anak.
-         Memupuk kecerdasan, kecekatan dan keterampilan melalui latihan-latihan panca indra.
-         Membantu anak mencapai kematangan fisik dan mental untuk belajar di sekolah.
-         Membimbing dan membantunya dalam belajar di sekolah sesuai dengan tingkatannya sehingga dapat berprestasi di sekolahnya dan mencapai kesuksesan di masyarakat sesudahnya.

Adapun metode pendidikan yang dapat diterapkan pada fase ini yaitu keteladanan, pembiasaan dan latihan, kemudian serta berangsur-angsur diberikan penjelasan secara logis maknawai.

  1. Pendidikan Remaja (Adolencence)
Fase ini umumnya berada antara laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki berusia mulai 13-22 tahun dan untuk perempuan 12-21 tahun. Pada fase ini si anak perlu mendapat bimbingan dan arahan dari orang tua secara arif dan bijaksana, sebab pada fase remaja ini anak akan mengalami perubahan-perubahan, baik jasmani maupun rohani. Fase ini sangat membutuhkan keteladanan dari orang tua, sebab orang tua adalah figur sentral yang menjadi pedoman bagi anak.
Fase remaja merupakan fase yang penuh gejolak. Anak di usia remaja umumnya sengat labil dan sibuk mencari jati dirinya, ego dan emosinya meninggi serta memiliki sikap mencoba-coba dan keingintahuan yang tinggi. Karena itulah dibutuhkan pengarahan dan pendidikan yang lebih intens bagi mereka.
Pada fase remaja anak dididik untuk memiliki sikap tanggung jawab dan memahami nilai-nilai ajaran agama. Perkembangan agama pada masa ini sangat penting. Apabila pemahaman dan pengamalan agama anak telah dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari kepada mereka, maka masalah pembinaan agama telah dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari kepada mereka, maka masalah pembinaan akhlak akan lebih mudah dilakukan, karena mereka telah terlatih memahami perintah agama dan men jauhi larangannya.

  1. Pendidikan Dewasa
Fase dewasa terbagi tiga, yaitu:
-         Dewasa awal (early adulthood), terjadi pada usia 21-40 tahun.
-         Masa setengah baya (middle age), berlangsung antara usia 40-60 tahun dan biasanya orang-orang pada usia ini dikatakan mengalami pubertas kedua.
-         Masa tua (old age/ senescence), berlangsung antara usia 60-wafat.

Pendidikan bagi orang dewasa dapat dilakukan melalui majelis ilmu, karena majelis ilmu sarat dengan dzikrullah sehingga memperoleh ketenangan jiwa dan jauh dari hinar binger dunia. Pada fase ini sebenarnya manusia sudah cukup matang, apalagi biasanya fase ini minimal menjalani setelah memasuki perguruan tinggi, dan dia telah mendapat bimbingan akhlak, moral dan agama sejak dini dari orang tuanya. Namun, pada fase dewasa manusia tetap membutuhkan pendidikan dan nasehat dari orang tua atau keluarganya terutama apabila ia melakukan kesalahan karena lupa atau lalai.
Memasuki usia dewasa bukan berarti mengakhiri kewajiban menjalani proses pendidikan. Islam mengajarkan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan tidak akan berhenti sebelum nyawa berpisah dari badan.
Dalam suatu hadits Rasulullah memerintahkan untuk mengajarkan kalimat Lailahaillallah kepada mukmin yang berada diambang kematian. Ini adalah batas akhir bagi pendidikan orang dewasa.

C. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat kita tarik beberapa kesimpulan, yaitu:

  • Dalam konteks fungsi edukatif, maka sebuah keluarga muslim berfungsi dalam memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.
  • Pendidikan anak dimulai dari dalam setiap rumah tangga di bawah naungan kedua orang tuanya.
  • Pendidikan dalam keluarga adalah upaya pembinaan yang dilakukan orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
  • Orang tua adalah central teacher dalam keluarga karena setiap anak mendapatkan pendidikan pertama kali dan biasanya yang paling membekas adalah dari orang tuanya.
  • Prases pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dapat melalalui beberapa alat pendidikan (non fisik), yaitu keteladanan, pembiasaan, hukuman dan ganjaran serta pengawasan.
  • Sebagai sebuah proses, pendidikan mengalami beberapa fase yaitu:

    ·        Fase pra natal, yang terdiri dari masa pra-konsepsi dan masa pasca konsepsi.
   ·     Fase pasca natal, terdiri dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak-anak, masa remaja dan masa dewasa.
Kacang Tojin
Hidup yang bergelimang kemewahan belum dirasakan cewek ini, ku kenal dia saat menjajakan kacang tojin ke warung kopi di samping toko ku berjualan. Ku lihat dia santai saja dengan gaya apa adanya, dia menggantungkan kacang tojin di dinding warung kopi, lalu dia membecara dengan pemilik warung. Aku lihat mereka berbicara dari meja depan warung, bertanya dalam hati apa ia ni dia yang mengoreng kacang tojin selezat ini?. Tidak lama kemudian dia pulang minta permisi pada pemilik warung, bapak pemilik warung itukeluar juga mengantar dia hanya beberapa langkah. Aku lihat terus terus dengan gelagat mereka, eh tiba-tiba bapak itu duduk di samping ku satu meja. Aku tanya sama bapak itu apa benar dia yang menggoreng kacang tojin ini, kenapa memang? Sahut si bapak. Nggak sih aku kan Cuma tanya saja. Enak sekali rasa kacang tojin ini ku bilang, terus bapak itu ngeledek enak kacang atau orangnya? Hiihhi aku tersenyum simpul saja. :)

Pak, sudah lama cewek tadi menjajakan menitip jual usaha dagangannya?, seingat saya sih sudah lama ya sekitar 1,5 tahunlah gitu sahut si bapak. Bapak kenal sama dia? Kenal sih tetapi Cuma sekedar partner bisnis dagang saja. Biasanya cepat tidak habiskacang tojin ini? Cepat sih bisanya 4 hari sudah laku semua karena dia Cuma titip 100 biji yang sudah masukin ketoplesnya. Setelah mendengar bapak itu menjelaskan tentang dagangan dia, aku punya siasat kalau 4 hari kedepan nanti aku harus berada di warung ini, soalnya aku tidak bisa penasaran loh, benar gak bohong. Hahhha

Waktu demi waktu telah ku lewati tibalah waktu yang ku tunggu, aku masuk warung melihat kacang tojin itu masih ada sisa 2 biji lagi. Aku pesan kopi satu cangkir dan memakan sisa kacang itu. Tidak lama kemudian dia benaran datang rupanya, aku duduk pas ditoples dia taruh kacang. Aku sambil baca koran dan pura-pura tidak tahu dia datang, eh tiba-tiba dia berdiri disamping ku, dengan sapaan yang santun dia bilang permisi bang, maaf bang saya mau ambil toples dimeja. Oh iya-iya mau isi kacang ya? Ya bang sahutnya. Pertama sih aku deg-degan juga bagaimana cara mulai komunikasi dengan dia, ee setelah mulai bicara ternyata dia sangat peramah orangnya sehingga aku pun bicara terus tanpa kesan malu-malu lagi.

Sambil dia masukin kacang ke toples pembicaraan kami pun semakin lancar, seperti kawan lama tidak jumpa begitulah kesannya. Kacangnya 100 biji telah dimasukkan ke toples, diapun ambil uang ke pemilik warung. Tidak lama kemudian dia hampiri saya, eh bang saya pulang dulu ya? Eh kenapa cepat kali pulangnya? Ya bang ada jam kuliah ini bang. Saya pun bangun dari kursi mengantar dia ke motornya. Lalu start motornya, dia mengucapkan assalamu’alaikum. Wa’alaikum salam sahutku. Hati-hati dijalan ya, terima kasih banyak jawabnya. :)

Menunggu empat hari lagi kedatangannya di warung ini. ckckckck