header ads
WHAT'S NEW?
Loading...

Catatan Sebuah Rasa

Banyak orang yang malas memastikan perasaannya sendiri. Apakah sekedar perasaan sepintas karena paras yang yang menawan? Atau pada perilakunya yang santun? Apakah sebuah kekaguman saja kepada seseorang? Apakah hanya sebuah rasa penasaran kepada orang tersebut?
Aku sudah memastikan perasaan kepada seseorang selama lebih dari sekian tahun dan aku belum bisa mengenalinya dengan baik. Apakah ini benar-benar perasaan yang baik? Ataukah sekedar hasrat yang aku tanggapi secara berlebihan?

Bukan, bukannya aku takut untuk mengatakan.. Aku hanya takut kalau perasaan ini bukanlah sesuatu yang seharusnya dituruti. Seperti gejolak-gejolak yang tidak selayaknya diladeni. Aku takut ini hanya sebuah perasaan senang kepada tantangan, sebagai seorang laki-laki yang suka tantangan. Rasa penasaran kepada seseorang yang jika rasa penasaran itu hilang, lantas perasaan itu tidak menjadi bermakna sama sekali.
Aku memastikannya lebih dari sekian tahun. Dalam perjalanannya pun aku tertarik dan memiliki perasaan kepada yang lain. Lalu aku mempertanyakan perasaanku yang pertama tadi. Benarkah aku benar-benar memiliki perasaan kepadanya, mengapa aku tertarik dengan yang lain?

Aku terus mempertanyakannya, memastikan seluruh perasaan itu yang terkumpul menjadi satu. Menganalisanya satu persatu mana yang benar-benar rasa, mana yang sekedar kagum. Mana yang sekedar terpikat paras, mana yang sekedar main-main. Aku mempertanyakannya hingga hari ini, hari ketika aku masih belum juga mengenalinya. Sampai pada titik dimana aku merasa ada satu hal yang berbeda dari rasa-rasa yang lain, yaitu aku selalu kembali kepadamu. Perasaan itu selalu kembali kepadamu.
Aku tahu ini bukan jawaban yang singkat, nyaris seumur sekolahku aku mencari jawabannya. Sekalipun aku sudah berusaha menghilangkannya. Kini aku berdamai pada diriku sendiri, aku tahu aku selama ini bergerak menujumu. Perasaan itu hanya perlu dipatri pada satu tempat agar tidak kemana-kemana lagi.
Memastikannya membutuhkan waktu yang berbeda setiap orang, bahkan ada yang bertahun-tahun. Delapan tahun? Sembilan tahun? Bahkan lebih. Memendamnya hanya untuk memastikan, benarkah?
Hingga pada jawaban terakhir ketika setiap pemilik rasa mau dan mampu berdamai dengan perasaannya. Ada yang menemukan jawabannya ternyata benar atau ternyata selama ini salah. Ada yang kemudian mundur dengan bahagia. Ada pula yang memastikannya hanya butuh bilangan bulan sejak merasa pertama kali.
Dan untuk memastikannya membutuhkan kesabaran dan ketekunan pendekatan kepada Allah. Tak perlu diwujudkan dalam perilaku yang norak untuk mencuri perhatian. Diamlah dan dengarkan nasihatku; pastikanlah, pastikanlah, pastikanlah.
Agar kamu tidak seperti pemuda yang tergesa-gesa mengungkapkan perasaanya, pemuda yang terpedaya oleh angan-angannya sendiri. Pemuda yang tidak memiliki visi apapun dalam hidupnya, pemuda yang terperangkap dengan tontonan hidup ala barat.
Maka pastikan perasaan itu kepada  Allah, pastikanlah dengan bukti berani menikahinya dengan konsep agama. Maka kau tak akan menikmatinya.. Barakallah

0 komentar: