Muazzin |
Asal
kata azan dari kata uzun (telinga), fungsi azan adalah sebagai pemberitahuan
bahwa sudah tibanya waktu shalat shalat. Azan dan iqamah hanya untuk shalat
fardhu tidak disunatkan azan waktu memasukkan mayit ke dalam kubur. Sebelum
azan dijadikan sebagai tanda masuk waktu shalat para sahabat mengusulkan kepada
rasulullah untuk memberi tanda dengan sesuatu, maka diantara sahabat ada yang
mengusulkan perberitahuan masuk waktu shalat dengan meniup terompet yang
terbuat tanduk binatang dan ada juga yang mengusulkan dengan membunyikan
lonceng atau beduk. Maka dalam kelompok pengusulan tersebut ada yang
mengusulkan dengan panggilan langsung, namun waktu itu tidak ada yang
menjawabnya kecuali Abdullah bin Zaid al-Anshary.
Abdullah
bin Zaid al-Ashary melaporkan kepada Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bahwa
beliau pernah bermimpi bagaimana cara memanggil orang atau memberitahu
orang-orang bahwa sudah waktunya shalat tiba. Beliau menceritakan isi meimpi
tersebut bahwa seuatu ketika dia lelap dalam tidurnya ada sosok yang
mengajarkan bagaimana cara memeberitahukan tibanya waktu shalat. Beliau
menirukan isi mimpi tersebut di depan Rasulullah.
Allahu Akbar
Allahu akbar
Asyhadualla ilahaillah
Asyhadualla ilahaillah
Asyhaduanna Muhammadarrasulullah
Asyhaduanna Muhammadarrasulullah
Hayya’alashshalah
Hayya’alashshalah
Hayya’alal falah
Hayya’alal falah
Allahu akbar
Allahu Akbar
Lailahaillalah
Rasullah
membernarkan mimpi tersebut, beliau mengatakan yang mengajari engkau hai
abdullah itu malaikat datang kemimpi mu. Jadi betul isi saya begitu sahut
abdullah? Iya Jawab Rasul. Wahai Abdullah sampaikan isi mimpi-mimpi tersebut
dan ajarkan kepada Bilal bahwa ini adalah cara yang tepat untuk umat dalam
memeberitahukan waktu shalat sudah tiba.
Lafaz
azan tersebut diajarkan kepada Bilal, kemudian bilal mengumangkankan azan
tersebut disaat waktu shalat tiba. Dengan suara yang nyaring dan merdunya suara
bilal mengumandangkan azan sehingga suara itu terdengar disekitar pemukiman
rasulullah. Suara yang mendayu-dayu dan mersu itu didengar oleh masyarakat
sekitar tidak kecuali saidina Umar. Dalam hati saidina Umar suara itu tidak
asing baginya, beliau juga pernah mimpi juga bagaimana lafaz azan tersebut.
Saidina umar datang kepada rasulullah juga untuk membenarkan isi azan tersebut,
Rasulullah membernarkan mimpi itu.
Azan
mengandung ungkapan tauhid baik naqli ataupun aqli karena lafaz azan itu
mengesakan dan menafikan kesyirikan kepada Allah. Sehingga di saat bayi
lahirpun kita disunnahkan untuk mengumandangkan azan agar kelak nanti tidak mensyarikat
ke-ahadan-Nya, dengan kalimah tauhid tersebut disaat pertama kali di alam dunia
maka kita berharap ridha Allah agar selalu menjaga diberikan hidayah oleh-Nya.
Inilah
sejarah azan yang penulis tahu dari hasil study selama ini, jika ada tambahan
dari pembaca semua mohon berikan masukan agar tulisan ini layak jadi refernsi
akurat bagi pembaca yang lain.
0 komentar:
Post a Comment