Sifat yang wajib bagi Nabi / Rasul adalah 3 (tiga) tidak
termasuk Fathanah dengan dalil : Tidak mungkin Allah SWT mengutus seorang Nabi
/Rasul yang bodoh (tidak pintar), namun untuk lebih menenteramkan hati, para
ulama tetap memasukkan Sifat Fathonah ini sebagai Sifat yang wajib bagi Nabi /
Rosul.
Dengan
demikian sifat yang wajib kita ketahui (Wajib Aqidah) pada sifat Nabi / Rasul
adalah 9 (sembilan), yaitu :
Sifat Yang Wajib Bagi Rasul ada 4 (empat)
1.
Siddiq artinya Benar
2.
Amanah artinya Dipercaya
3.
Tabligh artinya Menyampaikan
Sifat Yang Mustahil Bagi Rasul ada 4 (empat)
1.
Kazib artinya Dusta
2.
Khianat artinya Tidak Dipercaya (dengki)
3.
Kistman artinya menyembunyikan
4.
Baladah Artinya Bodoh)
Sifat Yang Harus bagi Nabi / Rasul ada 1 (satu) yaitu :
1.
‘Arazul Basyariah yaitu; Bersifat sebagaimana manusia biasa (lapar, haus,
tidur, sakit, mati dst)
Sifat-Sifat Kepemimpinan Rasulullah
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin." (At-taubah: 128)
Dalam ayat tersebut Allah memberikan sebuah ilustrasi yang
jelas mengenai sosok seorang pemimpin yang patut diteladani oleh seluruh
pemimpin yang ada di muka bumi ini agar kepemimpinannya mampu mengayomi dan
menyejahterahkan masyarakat yang dipimpinnya. Dengan sifat-sifat atau
karakter-karakter khusus yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya, Muhammad saw,
maka sepatutnya para pemimpin itu--dalam semua level yang ada-- bisa mencontoh
dan merujuk kepadanya.
Karakter-karakter atau sifat-sifat khusus yang dimaksudkan Allah telah
jelas.
Pertama, rasul yang diutus
Allah itu berasal dari jenis manusia sendiri. Sebagai suatu wujud kasih-sayang
Allah kepada umat manusia, Allah mengutus seorang rasul yang menyebarkan
risalah-Nya dari jenis mereka sendiri. Allah tidak mengutus seorang malaikat
atau seorang jin kepada mereka, karena Allah tahu bahwa hanya manusialah yang
paling mengerti dan menyelami komunitasnya sendiri, bukannya jenis makhluk
lain.
Dari sini ada suatu hal yang bisa dijadikan ibroh
(pelajaran), yaitu apabila seorang pemimpin hendak mengutus seorang
duta/utusan/juru dakwah kepada suatu bangsa atau sekelompok orang, maka hal
yang terpenting untuk diperhatikan adalah utusan tersebut hendaknya orang yang
sudah mengetahui seluk-beluk atau paling tidak mengerti gambaran mengenai
komunitas masyarakat yang akan dihadapi. Hal ini untuk lebih mendekatkan
sosiokultural masyarakat kepada seorang juru dakwah tersebut sehingga
masyarakat tidak dengan serta-merta menolak utusan tersebut karena ternyata
utusan yang datang kepada mereka itu merupakan bagian dari mereka sendiri. Ada
suatu ungkapan Arab klasik yang mengatakan, "Barang siapa mengetahui
bahasa suatu masyarakat, dia akan selamat dari tipu daya mereka."
Kedua, rasul yang diutus Allah
itu senantiasa merasa senasib, seperjuangan, dan sepenanggungan terhadap
kondisi yang sedang diderita bangsanya. Seorang pemimpin yang menghendaki
berpihak atau memikirkan rakyatnya sebenarnya cukup mengikuti jejak dan
perilaku Rasul saw. Dengan perhatian yang penuh kepada rakyat yang dipimpin dan
mencoba berlaku seperasaan dengan mereka, sudah barang tentu mereka akan
merasakan kedekatan dengan pemimpinnya dan bersimpati kepadanya. Seorang
pemimpin tidak perlu membual dengan janji-janji kosong dan jargon-jargon
politik yang tidak pernah ada buktinya.
Ketiga, rasul yang diutus Allah
itu menghendaki keselamatan atas umatnya. Rasulullah sangat mencintai umatnya
dan mengharapkan umatnya untuk menempuh jalan keselamatan. Rasulullah berusaha
dengan gigih semaksimal mungkin berdakwah beramar makruf nahi munkar untuk
menyelamatkan umatnya dari murka Allah SWT. Sesungguhnya umat yang hendak
diselamatkan oleh Rasulullah melalui perjuangannya bagaikan laron di malam hari
yang memburu terangnya cahaya lampu ceplik. Hewan-hewan kecil yang beterbangan
itu bukannya memburu sesuatu yang diinginkannya, akan tetapi hanya memburu sesuatu
yang kelihatan menarik untuk didekati. Sesungguhnya apilah yang mereka dekati.
Mereka yang tidak sampai tercegah masuk kedalamnya akan mati dan terbakar,
tetapi bagi yang masih dapat tercegah, maka akan selamat dari kobaran api
tersebut.
Keempat, rasul yang diutus
Allah itu amat kasih sayang terhadap umatnya. Sesungguhnya Rasulullah amat
kasih sayang terhadap umatnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasul saw
pernah berkorban atas nama umatnya yang tidak mampu berkorban. Beliau tegaskan
dalam hadisnya, "Ya Allah ini (korban) atas namaku dan atas nama umatku
yang tidak berkorban."
0 komentar:
Post a Comment