header ads
WHAT'S NEW?
Loading...

Kisah Nabi Ayyub a.s



Nabi Ayyub a.s. adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. Beliau tinggal di Syam, sekarang Syiria. Nabi yang satu ini sangat dikenal dengan sifat sabar yang tiada bandingnya. Sepanjang masa, jarang ditemukan orang yang mampu bertahan dalam ketabahan, setelah diterpa cobaan dan ujian seberat yang diberikan kepada Nabi Ayyub a.s.

Ayyub adalah anak keluarga kaya raya. Tanah pertaniannya Iuas, ternaknya melimpah ruah. Namun, meski bergeli mang kekayaan, Ayyub tetap menjadi hamba yang taat kepada Allah. Ibadah tak pernah bolong, kepada sesama gemar menolong. Kekayaan yang banyak itu tak cuma dipakai untuk diri dan keluarganya, namun juga untuk menolong siapa pun yang memerlukan pertolongan.
Semua orang mengakui, Ayyub adalah orang yang sangat saleh. Terutama sikap gemar menolongnya itulah yang membuat kesalehan Ayyub sangat terasa manfaatnya bagi masyarakat di sekitarnya.

Bahkan, tak hanya manusia yang mengagumi kesalehan Ayyub. Menurut riwayat, para malaikat pernah berbincang-bincang. Mereka membicarakan tentang orang yang paling saleh di muka bumi.
"Si Anu-lah yang paling saleh. la bersembahyang terus, sejak muda sampai tua," kata malaikat pertama.
"Masa sih, orang kayak gitu kau bilang saleh? Dia kan malas bekerja! Seharian bersembahyang terus isinya. Dia juga tidak bergaul dengan tetangga. Allah kan tidak suka cara bertakwa seperti itu?"
"lya ya. Lalu siapa yang paling saleh dong?"
"Si Itu, mungkin. Dia tekun sembahyang dan ringan hati membantu orang."
"Waah, kalau dia sih bukan saleh namanya. Tapi riya, pamer! Coba lihat, berapa kali dia memamerkan dan mengungkit-ungkit pertolongannya kepada orang lain?"
"Hmmm... iya juga. Atau... Si Ayyub? Bagaimana dengan dia?"
"Nhaa... itu baru orang saleh... Saat ini mah, tak ada yang bisa menandingi kesalehan Ayyub.."
Ternyata, pendapat terakhir itu disetujui oleh semua malaikat.

Namun, ternyata ada sepasang telinga yang diam-diam mendengar perbincangan para malaikat itu. Itulah telinga setan. Setan, yang memang selalu berusaha agar anak cucu Adam masuk neraka, merasa geram.
"lni tidak boleh dibiarkan! Hams kubuktikan bahwa Ayyub tak beda dengan manusia-manusia lainnya!" gerundel setan. Maka, setan meminta izin kepada Allah untuk menggoda Ayyub. Setan beralasan bahwa sebenarnya ibadah Ayyub hanyalah dilandasi kecintaan kepada harta bendanya.
Setan pun beraksi. Di menjalankan rencananya untuk menggoda Ayyub, agar meninggalkan keimanan kepada Allah.

Pada langkah pertama, setan dengan perkenan Allah menghancurkan kekayaan Ayyub. Wabah penyakit hewan didatangkan, sehingga   ribuan   ternak   Ayyub   mati. Begitu pula dengan penyakit tanaman serta air yang sulit didapat, sehingga     menyebabkan ladang    dan     kebun Ayyub meranggas.

Ayyub pun jatuh miskin, la tak lagi memiliki apa-apa. Kekayaannya yang dulu tak tertandingi, kini musnah sudah. Lebih mengenaskan lagi, akibat Ayyub jatuh miskin, dua istrinya pergi meninggalkannya. Lengkap sudah derita Ayyub. Beruntung, masih ada satu istri yang setia, bernama Rahman.

Dengan keadaan seperti itu, setan berharap agar Ayyub kehilangan rasa syukurnya kepada Allah.
Namun setan salah duga. Ayyub, dengan jubah kumalnya, menyeru Allah dalam doanya. "Wahai Allah... Sungguh, Engkau berkuasa atas segala sesuatu. Engkaulah pemilik ini semua, bahkan pemilik jiwaku. Jika Engkau berkehendak mengambil ini semua, itu hak-Mu semata-mata. Segala puji bagi-Mu atas segala nikmat yang telah Kau berikan."
Setan merengut. la kecewa sekali, ternyata keimanan Ayyub tidak bergeser sejengkal pun. Setan pun mendapat ide baru. "Rasa syukur dan kesabaran Ayyub yang demikian besar masih ada karena ia masih memiliki anak-anaknya. Pasti imannya akan tergoncang kalau anak-anaknya ikut lenyap bersama hartanya."
Kemudian, setan menggoncang-goncang rumah Ayyub, tempat tinggal anak-anak Ayyub. Rumah itu runtuh, anak-anak Ayyub terbunuh. Ayyub, sebagai seorang ayah yang normal, menangis sedih karena kematian anak-anaknya.

Dalam keadaan seperti itu, setan datang. la menyamar dalam wujud seorang laki-laki. Menghampiri Ayyub, setan berkata,
"Wahai Ayyub, malang nian nasibmu. Kemarin hartamu ludes tak bersisa. Kau jatuh melarat. Sekarang, anak-anakmu mati semua. Menurutku, Allah tidak suka kepadamu. Jadi sia-sia saja kau beribadah dan menolong orang lain selama ini."
Tetap dengan wajah tenang meski di matanya air masih menggenang, Ayyub menjawab,
"Allah berhak memberi, Allah berhak mengambil. Maka pujian selalu untuk-Nya. Saat Dia memberi, saat Dia mengambil. Saat Dia murka, saat Dia rida. Saat Dia mendatangkan manfaat, saat Dia mendatangkan mudarat."

Untuk kali kedua, setan tercengang. la malu dan merasa kalah. Namun demikian, bukan setan namanya kalau kehabisan akal. Masih ada kesempatan lain baginya untuk meruntuhkan keimanan Ayyub. Nah, ide yang muncul kemudian tak kalah sadis. Ayyub akan dibuat sakit. Penyakitnya pun bukan penyakit sembarangan, namun penyakit yang akan membuat semua orang merasa jijik kepada Ayyub.
Setan menjalankan rencana ketiga. Bersama anak buahnya, ia mendatangi Ayyub, menghujaninya dengan bibit penyakit kulit. Tak berapa lama kemudian, kulit Ayyub mulai terasa gatal-gatal. Kulit yang gatal berair itu lama-lama menimbulkan nanah, dan akhirnya sekujur tubuh Ayyub penuh dengan luka-luka bernanah yang bau dan menjijikkan. Setiap orang yang berdekatan dengannya pasti tak kuasa menghirup nafas. Mereka akan pergi menghindari Ayyub. Ayyub pun dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya.

Untunglah, Rahman istri tercinta Ayyub merawatnya dengan sangat telaten dan setia. Sehingga, dalam keadaan sedemikian pun bibir Ayyub masih tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah.
Setan semakin geram. "Cile bener tuh si Ayyub. Masa sudah benar-benar sengsara seperti itu masih saja bersyukur? Apanya yang disyukuri? Lihat saja, itu tak akan berlangsung lama lagi."
Setan segera datang kepada Rahmah. Kepada istri Ayyub itu, ia membujuk, mengungkit-ungkit kebahagiaan masa lalu Ayyub dan Rahmah, serta kekayaan mereka yang melimpah. Sebaliknya, setan juga menunjukkan bahwa kehidupan mereka saat ini benar-benar menyedihkan.
Termakan rayuan setan, Rahmah menemui suaminya. la mengeluhkan keadaan mereka sekarang, kemelaratan, serta derita penyakit yang dialami Ayyub.

"Suamiku, sampai kapan Allah akan menimpakan ini semua? Kenapa engkau tidak memohon kepada Allah agar kita segera lepas dari nestapa ini? Agar kita segera kembali ke hidup yang seperti dulu? Serba berkecukupan, harta banyak, anak-anak sehat..," demikian Rahmah berkata dengan nada memohon.
Ayyub menatap lekat mata istrinya. Wajahnya menunjukkan amarah. la segera menjawab ratapan istrinya dengan keras,
"Hei Rahmah! Ingatkah kau, berapa lama kita hidup bahagia serba berlimpah harta??"
"Delapan puluh tahun," jawab Rahmah.
"Lantas, berapa lama kita diterpa kemelaratan dan kesengsaraan ini?"
Rahmah tampak tercenung sesaat, lalu kembali menjawab pertanyaan suaminya. "Tujuh tahun."
"Nan!" sahut Ayyub segera. "Bandingkan saja, derita yang kita rasakan ini belum apa-apa jika kita mengingat karunia Allah yang sedemikian besar kepada

kita, Rahmah! Aku malu kepada Allah jika harus mengadukan ini semua!"
"Tapi suamiku..."
"Tapi apa??!!" suara Ayyub meninggi. "Sudahlah Rahmah! Kalau kau memang tidak tahan menanggung derita bersamaku, pergi saja! Kau telah termakan bujuk rayu setan! Pergi saja sana! Tapi jika kau kembali, aku akan memukulmu seratus kali!"
Ayyub berpaling dari istrinya. Wajah Rahmah memerah. Tersinggung dengan perkataan Ayyub, sekaligus memang telah jenuh dengan penderitaan mereka, Rahmah segera angkat kaki. la pergi. Meninggalkan suaminya tercinta, yang telah puluhan tahun bersamanya.

Sungguh, Ayyub lelaki yang tabah dan teguh. Bahkan hingga beberapa waktu semenjak kepergian istri terkasihnya pun, tak ada satu kata keluhan keluar dari mulutnya. Yang senantiasa meluncur dari lisannya adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah. Ya, meski derita tak henti menyakitinya, ia menyadari, nikmat Allah sungguh jauh lebih besar.
Allah melihat ketabahan Ayyub. Allah melihat bahwa Ayyub telah lulus dari ujian-Nya. Diiringi dengan wajah cemberut setan yang merasa kalah telak, Allah memutuskan untuk segera mengakhiri ujian tersebut. Maka, Allah berfirman kepada Ayyub,
Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. (Q.S.Sad [38]: 42).
Maka, Ayyub pun melaksanakan apa yang menjadi petunjuk Allah, la menghentakkan kakinya ke tanah. Air memancar, dan Ayyub membasuh tubuhnya dengan air itu. Hanya dalam beberapa detik saja, luka-luka bernanah di tubuh Ayyub mengering, terkelupas, lalu rontok satu per satu. Kulit Ayyub kembali mulus dan kencang, seperti kulit seorang lelaki muda.

Sementara itu, Rahmah duduk tepekur. la merasa sangat kesepian. "Bagaimanapun Ayyub suamiku," begitu hatinya berkata. Ya, Rahmah mulai menyadari kesalahannya. la teringat akan nasihat suaminya untuk selalu bersyukur kepada Allah, apa pun yang terjadi pada diri mereka.
Lambat laun, Rahmah merasakan kerinduan yang amat sangat kepada Ayyub. la menangis. Tak berapa lama kemudian, tekadnya membulat, untuk kembali kepada suaminya. "Entah apa tanggapannya nanti," batin Rahmah.
Rahmah melangkah mantap. Beberapa hari ia berjalan, untuk kembali kepada Ayyub suaminya.
"Aku mencari Ayyub," katanya, saat seseorang membukakan pintu untuknya. Rahmah heran, sebab yang membukakan pintu rumah Ayyub bukanlah suaminya, melainkan seorang lelaki tampan.
"Kau... Rahmah?" tanya lelaki itu.
"Betul, Anda siapa?"
"Mau apa kau kemari?"
"Saya ingin kembali kepada Ayyub, suami saya," jawab Rahmah dengan nada tidak senang karena pertanyaan-pertanyaan si lelaki.
Beberapa detik kemudian, barulah Rahmah sadar bawa pria tampan di hadapannya itu tak lain adalah suaminya sendiri. Maka, meledaklah tangisnya. Ayyub, yang juga telah lama merindukannya, tak kuasa juga menahan perasaannya. Mereka berangkulan, menangis bersama.
Namun, tiba-tiba Ayyub teringat dengan sumpah yang pernah diucapkannya, yakni untuk memukul Rahmah seratus kali jika istrinya itu kembali kepadanya. Ayyub pun bingung.
Di satu sisi ia wajib melaksanakan sumpahnya, di sisi lain ia sangat menyayangi dan merasa kasihan kepada istri yang pernah diusimya. Melihat kebingungan Ayyub, Allah Yang Maha Pengasih berfirman kepadanya,
Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah... (Q.S. Sad: 42).
Maka, Ayyub a.s. pun mengumpulkan seratus batang rumput. Dengan seikat rumput tersebut, Ayyub memukul istrinya dengan sekali pukulan. Sehingga, Ayyub tetap memenuhi sumpahnya, tanpa hams menyakiti istrinya.
Akhirnya, Ayyub hidup berbahagia bersama Rahmah. Mereka kembali dianugerahi kekayaan sebagaimana yang telah pernah mereka dapatkan, juga mendapatkan banyak sekali anak dan cucu.
Demikianlah kisah Nabi Ayyub a.s. sang penyabar. Sikap sabarnya menjadi panutan umat manusia. Sampai-sampai terasa pas di telinga jika ada orang mengatakan, "Si Anu sangat sabar, bagaikan Ayyub." Bahkan tak hanya manusia, Allah swt. sendiri mengakui dengan jelas dalam firman-Nya:
...Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah). (Q.S. Sad: 42).

0 komentar: