A. SURAT AN-NAHL AYAT 36
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ
الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya :
Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang
telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
PEMBAHASAN
TAFSIR SURAT AN-NAHL AYAT 36
Dalam
Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam menghadapi
para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun
telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada
juga yang membangkang. Dan keadaan yang engkau alami itu sama juga dengan yang
dialami oleh para Rasul sebelummu, karena sesungguhnya kami telah mengutus
rasul pada setiap umat sebelum kami mengutusmu, lalu mereka menyampaikan kepada
kaum mereka masing-masing bahwa: “sembahlah Allah, yakni tunduk dan patuhlah
dengan penuh pengagungan kepada tuhan yang maha Esa saja. Jangan menyembah
selainnya, apa dan siapapun, dan jauhilah taghut, yakni segala macam yang
melampaui batas seperti penyembahan berhala dan kepatuhan kepada tirani. Ajakan
para Rasul itu telah diketahui oleh umat masing-masing Rasul maka diantara
mereka, yakni umat para rasul itu ada orang yang hatinya terbuka dan pikirannya
jernih sehingga Allah menyambutnya dan dia diberi petunjuk oleh Allah, dan ada
pula diantara mereka yang keras kepala lagi bejat hatinya sehingga mereka
menolak ajakan Rasul mereka dan dengan demikian menjadi telah pasti atasnya
sanksi kesesatan yang mereka pilih sendiri itu. Wahai umat Muhammad, jika kamu
ragu menyangkut apa yang disampaikan Rasul, termasuk kebinasaan para
pembangkang maka berjalanlah kamu semua dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan para pendusta Rasul-Rasul.
Kata
( طاغوت ) thaghut
terambil dari kata (طغى ) thagha
yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti
berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk
dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala
sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran
, dan sewenang-wenangan terhadap manusia.
Hidayah
(petunjuk) yang dimaksud diatas adalah hidayah khusus dalam bidang agama yang
dianugerahkan Allah kepada mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan
berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Secara panjang lebar macam-macam
hidayah Allah dikemukakakan bahwa dalam bidang petunjuk keagamaan, Allah
menganugerahkan dua macam hidayah. Pertama, hidayah menuju kebahagiaan duniawi
dan ukhrawi. Cukup banyak ayat-ayat yang menggunakan akar kata hidayah yangh
mengandung makna ini, misalnya:
وَإِنَّكَ
لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan
sesungguhnya engkau (wahai Nabi Muhammad) memberi hidayah kejalan yang lurus” (QS,
Asy-syura’ :52 ), atau :
وَأَمَّا
ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى
“Adapun kaum
Tsamud maka kami telah memberi mereka hidayah, tetapi mereka lebih senang
kebutaan (kesesatan) daripada hidayah” QS. Fushshilat: 17).
Kedua hidayah (petunjuk)
serta kemampuan untuk melaksanakan isi hidayah itu sendiri. Ini tidak dapat
dilakukan kecuali Allah SWT, karena itu diteaskan bahwa:
إِنَّكَ لا
تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya
engkau (wahai Nabi Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk (walaupun) orang yang
engkau cintai, tetapi Allah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya” (QS.
Al-Qashash: 56).
Allah
menganugerahkan hidayah kedua ini kepada mereka yang benar-benar ingin
memperolehnya dan melangkahkan kaki guna mendapatkannya.
Ketika berbicara
tentang hidayah, secara tegas ayat diatas menyatakan bahwa Allah yang
menganugerahkannya, berbeda ketika menguraikan tentang kesesatan. Sumber yang
digunakan ayat ini adalah telah pasti atasnya sanksi kesesatan, tanpa menyebut
siapa yang menyesatkan. Hal ini mengisyaratkan bahwa kesesatan tersebut pada
dasarnya bukan bersumber pertama kali dari allah ta’ala, tetapi dari mereka
sendiri. Memang ada ayat-ayat yang menyatakan bahwa: “allah menyesatkan siapa
yang Dia kehendaki”, tetapi kehendaknya itu terlaksana setelah ang bersangkutan
sendiri sesat.
فَلَمَّا
زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka ketika mereka
berpaling dari kebenaran, Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi
hidayah orang-orang fasik.” (QS. Ash-Shaf: 5).
B. SURAT AL-JUMU’AH
AYAT 2
هُوَ
الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ
قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Artinya :
Dia-lah yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Jumu’ah: 2).
PEMBAHASAN TAFSIR
SURAT AL-JUMU’AH AYAT 2
Dalam surat Al-jumu’ah
ayat 2 menerangkan :
هُوَ
الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ
“Dia-lah yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka”. Yang
dimaksud dengan kaum yang buta huruf adaalah bangsa arab. Disebutkan kata
Ummiyyin (kaum buta huruf) secara khusus, tidak secara otomatis menafikan kaum
lainnya, hanya saja nikmat yang telah diberikan kepada mereka tentu lebih
banyak dan sempurna. Hal ini sebagaimana yang Allah firmankan:
وأنذر
عشيرتك الأقربين
“Dan berikanlah
peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat”. Ayat ini dan juga yang lainnya
sama sekali tidak menafikan firman-Nya:
قل يايها
الناس إني رسول الله إليكم جميعاا
“Katakanlah: wahai sekalian manusia, sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepada kamu semua."
Dan ayat-ayat
lainnya yang menunjukkan pengutusan nabi muhammad Saw kepada seluruh umat manusia,
baik yang berkulit merah maupun hitam. Dan telah dikemukakan penafsiran hal
tersebut dalam surat Al-An’am dengan dilandasi beberapa ayat al-qur’an dan
hadits shahih. Sebagaimana dalam Al-qur’an disebutkan bahwa:
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ
وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ.
Artinya: Dan (ingatlah)
di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata".
Selanjutnya pada
ayat lain pada surat yang sama menyebutkan:
إِنِّي
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا
مِنَ الْمُشْرِكِينَ.
Artinya: Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan.
Ayat ini merupakan
bukti dikabulkannya permohonan Nabi Ibrahim As ketika dia mendoakan penduduk
mekkah agar Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka
sendiri yang dapat membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka. Mensucikan dan
mengajarkan mereka al-kitab dan al-Hikmah. Kemudian Allah Saw mengutus Rasul-Nya
kepada mereka, segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah. Setelah sekian lama
Rasul tidak muncul dan tidak adanya bimbingan yang lurus, padahal kebutuhan
terhadapnya begitu mendesak. Dan Allah telah murka terhadap penduduk Bumi, baik
kepada orang arab maupun non Arab. Kecuali beberapa orang dari Ahlul kitab yang
masih berpegang teguh pada apa yang dibawa oleh Isa putra Maryam As. Oleh
karena itu, Allah swt berfirman:
هُوَ
الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ
قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (الجمعة: ۲
“Dia-lah yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Yang demikian itu
karena orang-orang Arab dahulu berpegang teguh kepada agama Ibrahim As, namun
mereka mengganti, merubah, memutarbalikkan, menyimpangkan darinya, serta
menukar tauhid dengan syirik, dan merubah keyakinan dengan keraguan. Mereka
membuat perkara-perkara baru yang tidak diizinkan oleh Allah ta’ala sebagaimana
yang tela dilakukan oleh Ahlul Kitab yang mengganti menyelewengkan, dan merubah
kirab-kitab mereka, serta menakwilkannya. Kemudian Allah swt mengutus Nabi
Muhammad Saw dengan membawa syari’at yang agung, lengkap lagi mencakup seluruh
kebutuhan makhluk.
Di dalamnya
terdapat petunjuk dan penjelasan segala sesuatu yang mereka butuhkan, baik yang
menyangkut kebutuhan dunia maupun akhirat mereka kelak, sekaligus mengajak
mereka kepada amalan yang mendekatkan mereka kepeda syurga dan keridhaan Allah
Ta’ala serta menjauhi segala sesuatu yang mendekatkan mereka kepada Neraka dan
kemurkaan Allah.
Kitab itu pula yang
memberikan keputusan dan penjelasan konkret tentang berbagai subhat, keraguan
dan kebimbangan dalam masalah-masalah pokok (ushul) maupun cabang (furu’). Dan
Allah telah mengum pulkan didalamnya berbagai macam kebaikan dari orang-orang
terdahulu. Kitab ini pula menceritakan tentang apa-apa yang diberikan kepada
orang-orang terdahulu yang tidak diberikan kepada orang-orang yang hidup
terakhir, atau sebaliknya. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan
kepada beliau sampai hari kiamat.
KESIMPULAN:
a.
Dalam Surat An-Nahl
Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam menghadapi para
pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah
mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga
yang membangkang.
b.
Kata ( طاغوت ) thaghut terambil dari kata
(طغى ) thagha yang pada mulanya
berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana
penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam
arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang
melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran , dan sewenang-wenangan
terhadap manusia.
c.
Disebutkan kata
Ummiyyin (kaum buta huruf) secara khusus, tidak secara otomatis menafikan kaum
lainnya, hanya saja nikmat yang telah diberikan kepada mereka tentu lebih
banyak dan sempurna
d.
Surat Al-jumu’ah
Ayat 2 ini merupakan bukti dikabulkannya permohonan Nabi Ibrahim As ketika dia
mendoakan penduduk mekkah agar Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari
kalangan mereka sendiri yang dapat membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka. Mensucikan
dan mengajarkan mereka al-kitab dan al-Hikmah.
C. Surah Al Hajj
75
اللَّهُ
يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ
بَصِيرٌ
Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari
manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Pada
ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah memilih beberapa orang di antara
para malaikat, untuk menjadi perantara antara-Nya dengan para Rasul yang diutas-Nya,
untuk menyampaikan wahyu seperti malaikat Jibril. Demikian pula Dia telah
memilih beberapa orang Rasul yang akan menyampaikan agama-Nya kepada manusia. Hak
memilih para Rasul adalah Hak Allah SWT, tidak seorangpun yang berwenang
menetapkannya selain dari Dia. Dia Maha Mendengar semua yang diucapkan oleh
hamba-hamba-Nya, melihat keadaan dan mengetahui kadar kemampuan mereka, sehingga
Dia dapat menetapkan dan memilih siapa yang patut menjadi Rasul atau Nabi di
antara mereka.
Diriwayatkan
bahwa Walid bin Mugirah pernah berkata, "Apakah pernah diturunkan wahyu
atasnya di antara kita?", Maka Allah SWT menurunkan ayat ini.
Dan hadis Nabi saw,
beliau bersabda.
إن الله
اصطفى موسى بالكلام وإبراهيم الخلة
Artinya:
Sesungguhnya
Allah telah memilih Musa sebagai kalim Allah dan Ibrahim sebagai Khalilullah.
D. Surah Al
Hadiid 25
لَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ
بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ
وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang
hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu)
dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Allah
SWT menerangkan bahwa Dia telah mengutus para Rasul kepada umat-umat Nya dengan
membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah Nya. Di
antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para
Rasul itu, seperti tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim as, mimpi
yang benar sebagai mukjizat Nabi Yusuf as, Tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa
as. Alquran sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw dan sebagainya.
Dalam
pada itu setiap Rasul yang diutus itu bertugas menyampaikan agama Allah kepada
umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam sahifah-sahifah dan
adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Alquran.
Ajaran agama itu berupa petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.
Sebagai
dasar mengatur dan membina masyarakat, maka setiap agama yang dibawa oleh para
Rasul itu mempunyai asas "keadilan". Keadilan ini wajib ditegakkan
oleh para Rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan
penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan
pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota
masyarakat sama kedudukannya dalam hukum, sikap dan perlakuan.
Di
samping itu Allah SWT menganugerahkan kepada manusia "besi" suatu
karunia yang tidak terhingga nilai dan manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat
berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang besar sampai kepada yang
kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di udara, keperluan
rumah tangga dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina kekuatan
bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan
pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraan perang dan
sebagainya. Tentu saja semuanya itu hanya diizinkan Allah menggunakannya untuk
menegakkan agama Nya, menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri.
Allah
SWT menerangkan bahwa Dia melakukan yang demikian itu agar Dia mengetahui siapa
di antara hamba-hamba Nya yang mengikuti dan menolong agama yang disampaikan
para Rasul yang diutus Nya dan siapa yang mengingkarinya. Dengan anugerah itu
Allah SWT ingin menguji manusia dan mengetahui sikap manusia terhadap nikmat
Nya itu. Manusia yang taat dan tunduk kepada Allah akan melakukan semua yang
disampaikan para Rasul itu, karena ia yakin bahwa semua perbuatan, sikap dan
isi hatinya diketahui Allah, walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi dirinya.
Sehubungan dengan
kegunaan besi ini diterangkan dalam hadis:
عن ابن عمر
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم. بعثت بالسيف بين يدي الساعة حتى يعبد الله
وحده لا شريك له وجعل دزقي تحت ظل رمحي, وجعل الذلة والصغار على من خالف أمري ومن
تشبه بقوم فهو منهم
Artinya:
Dari Ibnu Umar, ia
berkata, "Bersabda Rasulullah saw: "Aku diutus dengan pedang (besi) sebelum
kedatangan Hari Kiamat (akhir zaman), sehingga orang menyembah Allah saja, tidak
ada syerikat bagi Nya dan Allah menjadikan rezekiku di bawah naungan tombakku
dan menjadikan hina dan rendah orang yang menyalahi perintahku, dan barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum itu". (H.R. Ahmad dan Abu
Daud)
Pada
akhir ayat ini Allah SWT menegaskan kepada manusia bahwa Dia Mahakuat, tidak
ada sesuatu pun yang mengalahkan Nya, bahwa Dia Mahaperkasa dan tidak seorang
pun yang dapat mengelakkan diri dari hukuman yang telah ditetapkan Nya.
E. Surah Asy
Syuura 51
وَمَا كَانَ
لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ
يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Dan tidak ada
bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat)
lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya
Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Dalam
ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Allah tidak akan berkata-kata dengan hamba-Nya
kecuali dengan salah satu dari tiga cara seperti tersebut berikut ini :
1.
Dengan wahyu, yakni
Allah SWT menanamkan ke dalam hati sanubari seorang Nabi suatu pengertian yang
tidak diragukannya bahwa yang diterimanya adalah dari Allah SWT. Seperti halnya
yang terjadi dengan Nabi Muhammad saw Sabda beliau:
إِنَّ رُوحَ
الْقُدُسِ نَفَثَ فِي قَلْبِي إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ
رِزْقُهَا وَأَجَلُهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّيِّبِ
Artinya:
Sesungguhnya Ruhul Qudus telah menghembuskan ke dalam lubuk hatiku
bahwasanya seseorang tidak akan meninggal dunia hingga dia menerima dan
menjalin dengan sempurna rezeki dan ajalnya, maka bertakwalah kepada Allah SWT
dan berusahalah dengan cara yang sebaik-baiknya. (H.R. Ibnu Hibban)
2.
Di belakang tabir
yakni dengan cara mendengar dan tidak melihat siapa yang berkata, tetapi
perkataannya itu didengar, seperti halnya Allah berbicara dengan Nabi Musa, Firman
Allah SWT:
وَلَمَّا
جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ
إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي
Artinya:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkata
Musa: "Ya Tuhanku! Nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat
melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tak dapat
melihat-Ku". (Q.S. Al A'raf: 143)
3.
Mengutus seorang
utusan, yakni Allah SWT mengutus seorang utusan berupa malaikat Jibril, maka
utusan itu menyampaikan wahyu kepada siapa yang dikehendaki Nya, sebagai mana
halnya Jibril turun kepada Nabi Muhammad saw dan kepada Nabi-nabi yang lain.
Dalam
hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Siti 'Aisyah ra. bahwa, Al Harits bin
Hisyam bertanya kepada Nabi saw, ujarnya: "Bagaimana cara wahyu datang
kepada engkau? jawab Rasulullah sa: "Kadang-kadang wahyu datang kepadaku
sebagai bunyi gemerincing lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah ia
berhenti, aku telah mengerti apa yang telah dikatakan Nya; kadang-kadang
malaikat merupakan dirinya kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia
berbicara kepadaku, maka aku mengerti apa yang dibicarakannya". Berkata
Aisyah ra, sesungguhnya saya lihat Nabi ketika turun Kepadanya wahyu di hari
yang sangat dingin, kemudian setelah wahyu itu terhenti terlihat dahinya
bercucuran keringat.
Ayat ini ditutup
dengan penegasan bahwa Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Suci dari sifat-sifat
makhluk ciptaan Nya. Dia disebut menurut kebijaksanaan Nya, berbicara dengan
hamba-hamba Nya, adakalanya tanpa, perantara baik berupa ilham atau berupa
percakapan dari belakang tabir.
Surah Asy Syuura
52
وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ
وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ
عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan demikianlah Kami wahyukan
kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,
tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa
yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Allah
SWT menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada Rasul-rasul
terdahulu Dia menurunkan juga wahyu kepada Nabi Muhammad berupa Alquran sebagai
rahmat Nya. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Muhammad saw sebelum mencapai
umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa
Alquran itu dan apa iman itu, dan begitu juga dia belum tahu apa syariat itu
secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang
diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Alquran itu cahaya terang benderang yang
dengannya Allah SWT memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki Nya
dan membimbingnya kepada agama yang benar, yaitu agama Islam.
Sebagaimana firman
Allah SWT:
قُلْ هُوَ
لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ
وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى
Artinya:
Katakanlah:
"Alquran itu adalah petunjuk dan penawar hati bagi orang-orang yang
beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbat
sedangkan Alquran itu adalah suatu kegelapan bagi mereka". (Q.S. Fussilat:
44)
dan firman Nya:
إِنَّ هَذَا
الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Artinya:
Sesungguhnya
Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus". (Q.S. Al
Isra: 9)
Dengan cahaya
Alquran itulah, Allah SWT memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus, agama
yang benar.
F. Surah Saba' 28
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.
Pada
ayat ini Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw bukan saja ia diutus kepada
seluruh manusia. Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang-orang
yang mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa
peringatan kepada orang-orang yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya.
Nabi Muhammad adalah nabi penutup tidak ada lagi Nabi dan Rasul diutus Allah
sesudah dia. Dengan demikian pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk
seluruh manusia sampai Kiamat. dan karena risalahnya itu adalah risalah yang
terakhir maka di dalam risalahnya tercapailah peraturan-peraturan dan syariat
hukum-hukum yang layak dan baik untuk dijalankan setiap tempat dan setiap masa,
karena risalah yang dibawanya itu bersumber dari Allah Yang Maha Bijaksana dan
Maha Mengetahui. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang
ada pada keduanya. Dialah yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah
yang mengatur semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya
berjalan dengan baik dan harmonis. Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya
tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia
kalau peraturan-peraturan dan syariat itu tidak mencakup 'seluruh kepentingan
manusia pada setiap masa. Dengan demikian pastilah risalahnya itu risalah yang
baik untuk ditrapkan kepada siapa dan umat yang manapun di dunia ini. Hal ini
tidak diketahui oleh semua orang bahkan kebanyakan manusia menolak dan
menantangnya. Di antara penantang-penantang itu adalah kaum Muhammad sendiri
yaitu orang-orang kafir Mekah. Banyak ayat-ayat di dalam Alquran yang
menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada manusia seluruhnya di antaranya:
تَبَارَكَ
الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى
عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
Artinya:
Maha Suci Allah
yang telah menurunkan Al Furqan (Alquran) kepada hamba-Nya agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Q.S. Al Furqan: 1)
Dan firman-Nya:
قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ
إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا
إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ
وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya:
Katakanlah:
"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu
Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat
petunjuk". (Q.S. Al A'raf: 158)
G. Surah Al
Anbiyaa' 107-108
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
Tujuan
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad yang membawa agama-Nya itu, tidak lain
hanyalah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat.
Orang-orang
yang beriman dan mengikuti petunjuk agama itu akan memperoleh rahmat dan Allah
berupa rezeki dan karunia di dunia dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh
rahmat berupa surga yang disediakan Allah bagi mereka. Sedang orang-orang yang
tidak beriman akan memperoleh rahmat pula, karena dengan cara yang tidak
langsung mereka mengikuti sebagian ajaran-ajaran agama itu, sehingga mereka
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia.
Jika
dilihat sejarah manusia dan kemanusiaan, maka agama Islam adalah agama yang
berusaha sekuat tenaga menghapuskan perbudakan dan penindasan oleh manusia
terhadap manusia yang lain. Seandainya dibuka pintu perbudakan hanyalah sekadar
untuk mengimbangi perbuatan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin itu. Sedangkan
jalan-jalan untuk menghapuskan perbudakan dibuat sebanyak-banyaknya. Demikian
pula prinsip-prinsip musyawarah yang ditetapkan agama Islam lebih tinggi
nilainya dari prinsip-prinsip demokrasi yang selalu diagung-agungkan. Perbaikan
perbaikan tentang kedudukan wanita yang waktu itu hampir sama dengan binatang, dan
pengakuan terhadap kedudukan anak yatim, perhatian terhadap fakir dan miskin, permtah
melakukan jihad untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan, semuanya diajarkan
oleh Alquran dan Hadis, kemudian dijadikan sebagai dasar perjuangan Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Dengan demikian seluruh umat manusia memperoleh rahmat, baik
yang langsung atau tidak langsung dari agama yang dibawa Muhammad. Tetapi
kebanyakan manusia masih mengingkari padahal rahmat yang mereka peroleh itu
adalah rahmat dan nikmat Allah SWT.
Surah Al Anbiyaa' 108
قُلْ
إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
Katakanlah:`
Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: `Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan
Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)
Allah
SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar menyampaikan kepada orang-orang
kafir dan kepada orang-orang yang telah sampai seruan kepadanya, bahwa pokok
wahyu yang disampaikan kepadanya ialah: tidak ada Tuhan yang berhak disembah
melainkan Allah. Karena itu hendaklah manusia menyembah-Nya, jangan sekali-sekali
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun seperti mengakui adanya tuhan-tuhan yang
lain selain daripada-Nya, atau mempercayai bahwa selain dari Allah ada lagi
sesuatu yang mempunyai kekuatan gaib seperti kekuatan Allah. Dan serahkanlah
dirimu kepada Allah dengan memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada-Nya
saja dan ikutilah segala wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
H. Surah Al
Baqarah 225
لَا
يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ
بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Allah tidak menghukum kamu
disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah
menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) dalam
hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun
(Allah
tidaklah menghukum kamu disebabkan sumpah kosong), artinya yang tidak dimaksud (dalam
sumpah-sumpahmu) yakni yang terucap dari mulut tanpa sengaja untuk bersumpah, misalnya,
"Tidak, demi Allah!" Atau "Benar, demi Allah!" Maka ini
tidak ada dosanya serta tidak wajib kafarat. (Tetapi Allah akan menghukum kamu
disebabkan sumpah yang disengaja oleh hatimu), artinya kamu sadari bahwa itu
sumpah yang tidak boleh dilanggar. (Dan Allah Maha Pengampun) terhadap hal-hal
yang tidak disengaja (lagi Maha Penyantun) hingga sudi menangguhkan hukuman
terhadap orang yang akan menjalaninya.
1 komentar:
izin copas yaa,, makasi sebelumnya,, :)
Post a Comment