header ads
WHAT'S NEW?
Loading...

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG RISALAH

A.   SURAT AN-NAHL AYAT 36

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

PEMBAHASAN TAFSIR SURAT AN-NAHL AYAT 36
Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang. Dan keadaan yang engkau alami itu sama juga dengan yang dialami oleh para Rasul sebelummu, karena sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada setiap umat sebelum kami mengutusmu, lalu mereka menyampaikan kepada kaum mereka masing-masing bahwa: “sembahlah Allah, yakni tunduk dan patuhlah dengan penuh pengagungan kepada tuhan yang maha Esa saja. Jangan menyembah selainnya, apa dan siapapun, dan jauhilah taghut, yakni segala macam yang melampaui batas seperti penyembahan berhala dan kepatuhan kepada tirani. Ajakan para Rasul itu telah diketahui oleh umat masing-masing Rasul maka diantara mereka, yakni umat para rasul itu ada orang yang hatinya terbuka dan pikirannya jernih sehingga Allah menyambutnya dan dia diberi petunjuk oleh Allah, dan ada pula diantara mereka yang keras kepala lagi bejat hatinya sehingga mereka menolak ajakan Rasul mereka dan dengan demikian menjadi telah pasti atasnya sanksi kesesatan yang mereka pilih sendiri itu. Wahai umat Muhammad, jika kamu ragu menyangkut apa yang disampaikan Rasul, termasuk kebinasaan para pembangkang maka berjalanlah kamu semua dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para pendusta Rasul-Rasul.
Kata ( طاغوت ) thaghut terambil dari kata (طغى ) thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran , dan sewenang-wenangan terhadap manusia.
Hidayah (petunjuk) yang dimaksud diatas adalah hidayah khusus dalam bidang agama yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Secara panjang lebar macam-macam hidayah Allah dikemukakakan bahwa dalam bidang petunjuk keagamaan, Allah menganugerahkan dua macam hidayah. Pertama, hidayah menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Cukup banyak ayat-ayat yang menggunakan akar kata hidayah yangh mengandung makna ini, misalnya:
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (wahai Nabi Muhammad) memberi hidayah kejalan yang lurus” (QS, Asy-syura’ :52 ), atau :

وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى
“Adapun kaum Tsamud maka kami telah memberi mereka hidayah, tetapi mereka lebih senang kebutaan (kesesatan) daripada hidayah” QS. Fushshilat: 17).

Kedua hidayah (petunjuk) serta kemampuan untuk melaksanakan isi hidayah itu sendiri. Ini tidak dapat dilakukan kecuali Allah SWT, karena itu diteaskan bahwa:

إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya engkau (wahai Nabi Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk (walaupun) orang yang engkau cintai, tetapi Allah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. Al-Qashash: 56).

Allah menganugerahkan hidayah kedua ini kepada mereka yang benar-benar ingin memperolehnya dan melangkahkan kaki guna mendapatkannya.
Ketika berbicara tentang hidayah, secara tegas ayat diatas menyatakan bahwa Allah yang menganugerahkannya, berbeda ketika menguraikan tentang kesesatan. Sumber yang digunakan ayat ini adalah telah pasti atasnya sanksi kesesatan, tanpa menyebut siapa yang menyesatkan. Hal ini mengisyaratkan bahwa kesesatan tersebut pada dasarnya bukan bersumber pertama kali dari allah ta’ala, tetapi dari mereka sendiri. Memang ada ayat-ayat yang menyatakan bahwa: “allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki”, tetapi kehendaknya itu terlaksana setelah ang bersangkutan sendiri sesat.

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka ketika mereka berpaling dari kebenaran, Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi hidayah orang-orang fasik.” (QS. Ash-Shaf: 5).

B. SURAT AL-JUMU’AH AYAT 2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Artinya :
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Jumu’ah: 2).


PEMBAHASAN TAFSIR SURAT AL-JUMU’AH AYAT 2
Dalam surat Al-jumu’ah ayat 2 menerangkan :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka”. Yang dimaksud dengan kaum yang buta huruf adaalah bangsa arab. Disebutkan kata Ummiyyin (kaum buta huruf) secara khusus, tidak secara otomatis menafikan kaum lainnya, hanya saja nikmat yang telah diberikan kepada mereka tentu lebih banyak dan sempurna. Hal ini sebagaimana yang Allah firmankan:
وأنذر عشيرتك الأقربين
“Dan berikanlah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat”. Ayat ini dan juga yang lainnya sama sekali tidak menafikan firman-Nya:
قل يايها الناس إني رسول الله إليكم جميعاا
 “Katakanlah: wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu semua."

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan pengutusan nabi muhammad Saw kepada seluruh umat manusia, baik yang berkulit merah maupun hitam. Dan telah dikemukakan penafsiran hal tersebut dalam surat Al-An’am dengan dilandasi beberapa ayat al-qur’an dan hadits shahih. Sebagaimana dalam Al-qur’an disebutkan bahwa:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ.
Artinya: Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".
Selanjutnya pada ayat lain pada surat yang sama menyebutkan:

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ.
Artinya: Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Ayat ini merupakan bukti dikabulkannya permohonan Nabi Ibrahim As ketika dia mendoakan penduduk mekkah agar Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang dapat membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka. Mensucikan dan mengajarkan mereka al-kitab dan al-Hikmah. Kemudian Allah Saw mengutus Rasul-Nya kepada mereka, segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah. Setelah sekian lama Rasul tidak muncul dan tidak adanya bimbingan yang lurus, padahal kebutuhan terhadapnya begitu mendesak. Dan Allah telah murka terhadap penduduk Bumi, baik kepada orang arab maupun non Arab. Kecuali beberapa orang dari Ahlul kitab yang masih berpegang teguh pada apa yang dibawa oleh Isa putra Maryam As. Oleh karena itu, Allah swt berfirman:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (الجمعة: ۲
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Yang demikian itu karena orang-orang Arab dahulu berpegang teguh kepada agama Ibrahim As, namun mereka mengganti, merubah, memutarbalikkan, menyimpangkan darinya, serta menukar tauhid dengan syirik, dan merubah keyakinan dengan keraguan. Mereka membuat perkara-perkara baru yang tidak diizinkan oleh Allah ta’ala sebagaimana yang tela dilakukan oleh Ahlul Kitab yang mengganti menyelewengkan, dan merubah kirab-kitab mereka, serta menakwilkannya. Kemudian Allah swt mengutus Nabi Muhammad Saw dengan membawa syari’at yang agung, lengkap lagi mencakup seluruh kebutuhan makhluk.
Di dalamnya terdapat petunjuk dan penjelasan segala sesuatu yang mereka butuhkan, baik yang menyangkut kebutuhan dunia maupun akhirat mereka kelak, sekaligus mengajak mereka kepada amalan yang mendekatkan mereka kepeda syurga dan keridhaan Allah Ta’ala serta menjauhi segala sesuatu yang mendekatkan mereka kepada Neraka dan kemurkaan Allah.
Kitab itu pula yang memberikan keputusan dan penjelasan konkret tentang berbagai subhat, keraguan dan kebimbangan dalam masalah-masalah pokok (ushul) maupun cabang (furu’). Dan Allah telah mengum pulkan didalamnya berbagai macam kebaikan dari orang-orang terdahulu. Kitab ini pula menceritakan tentang apa-apa yang diberikan kepada orang-orang terdahulu yang tidak diberikan kepada orang-orang yang hidup terakhir, atau sebaliknya. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada beliau sampai hari kiamat.

KESIMPULAN:
a.      Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang.
b.     Kata ( طاغوت ) thaghut terambil dari kata (طغى ) thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran , dan sewenang-wenangan terhadap manusia.
c.      Disebutkan kata Ummiyyin (kaum buta huruf) secara khusus, tidak secara otomatis menafikan kaum lainnya, hanya saja nikmat yang telah diberikan kepada mereka tentu lebih banyak dan sempurna
d.     Surat Al-jumu’ah Ayat 2 ini merupakan bukti dikabulkannya permohonan Nabi Ibrahim As ketika dia mendoakan penduduk mekkah agar Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang dapat membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka. Mensucikan dan mengajarkan mereka al-kitab dan al-Hikmah.

C. Surah Al Hajj 75
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah memilih beberapa orang di antara para malaikat, untuk menjadi perantara antara-Nya dengan para Rasul yang diutas-Nya, untuk menyampaikan wahyu seperti malaikat Jibril. Demikian pula Dia telah memilih beberapa orang Rasul yang akan menyampaikan agama-Nya kepada manusia. Hak memilih para Rasul adalah Hak Allah SWT, tidak seorangpun yang berwenang menetapkannya selain dari Dia. Dia Maha Mendengar semua yang diucapkan oleh hamba-hamba-Nya, melihat keadaan dan mengetahui kadar kemampuan mereka, sehingga Dia dapat menetapkan dan memilih siapa yang patut menjadi Rasul atau Nabi di antara mereka.
Diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah pernah berkata, "Apakah pernah diturunkan wahyu atasnya di antara kita?", Maka Allah SWT menurunkan ayat ini.
Dan hadis Nabi saw, beliau bersabda.
إن الله اصطفى موسى بالكلام وإبراهيم الخلة
Artinya:
Sesungguhnya Allah telah memilih Musa sebagai kalim Allah dan Ibrahim sebagai Khalilullah.

D. Surah Al Hadiid 25
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah mengutus para Rasul kepada umat-umat Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah Nya. Di antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Rasul itu, seperti tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim as, mimpi yang benar sebagai mukjizat Nabi Yusuf as, Tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa as. Alquran sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw dan sebagainya.
Dalam pada itu setiap Rasul yang diutus itu bertugas menyampaikan agama Allah kepada umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam sahifah-sahifah dan adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Alquran. Ajaran agama itu berupa petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sebagai dasar mengatur dan membina masyarakat, maka setiap agama yang dibawa oleh para Rasul itu mempunyai asas "keadilan". Keadilan ini wajib ditegakkan oleh para Rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota masyarakat sama kedudukannya dalam hukum, sikap dan perlakuan.
Di samping itu Allah SWT menganugerahkan kepada manusia "besi" suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang besar sampai kepada yang kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di udara, keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraan perang dan sebagainya. Tentu saja semuanya itu hanya diizinkan Allah menggunakannya untuk menegakkan agama Nya, menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri.
Allah SWT menerangkan bahwa Dia melakukan yang demikian itu agar Dia mengetahui siapa di antara hamba-hamba Nya yang mengikuti dan menolong agama yang disampaikan para Rasul yang diutus Nya dan siapa yang mengingkarinya. Dengan anugerah itu Allah SWT ingin menguji manusia dan mengetahui sikap manusia terhadap nikmat Nya itu. Manusia yang taat dan tunduk kepada Allah akan melakukan semua yang disampaikan para Rasul itu, karena ia yakin bahwa semua perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah, walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi dirinya.
Sehubungan dengan kegunaan besi ini diterangkan dalam hadis:

عن ابن عمر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم. بعثت بالسيف بين يدي الساعة حتى يعبد الله وحده لا شريك له وجعل دزقي تحت ظل رمحي, وجعل الذلة والصغار على من خالف أمري ومن تشبه بقوم فهو منهم
Artinya:
Dari Ibnu Umar, ia berkata, "Bersabda Rasulullah saw: "Aku diutus dengan pedang (besi) sebelum kedatangan Hari Kiamat (akhir zaman), sehingga orang menyembah Allah saja, tidak ada syerikat bagi Nya dan Allah menjadikan rezekiku di bawah naungan tombakku dan menjadikan hina dan rendah orang yang menyalahi perintahku, dan barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum itu". (H.R. Ahmad dan Abu Daud)

Pada akhir ayat ini Allah SWT menegaskan kepada manusia bahwa Dia Mahakuat, tidak ada sesuatu pun yang mengalahkan Nya, bahwa Dia Mahaperkasa dan tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari hukuman yang telah ditetapkan Nya.

E. Surah Asy Syuura 51
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Allah tidak akan berkata-kata dengan hamba-Nya kecuali dengan salah satu dari tiga cara seperti tersebut berikut ini :
1.      Dengan wahyu, yakni Allah SWT menanamkan ke dalam hati sanubari seorang Nabi suatu pengertian yang tidak diragukannya bahwa yang diterimanya adalah dari Allah SWT. Seperti halnya yang terjadi dengan Nabi Muhammad saw Sabda beliau:

إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي قَلْبِي إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا وَأَجَلُهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّيِّبِ
Artinya:
Sesungguhnya Ruhul Qudus telah menghembuskan ke dalam lubuk hatiku bahwasanya seseorang tidak akan meninggal dunia hingga dia menerima dan menjalin dengan sempurna rezeki dan ajalnya, maka bertakwalah kepada Allah SWT dan berusahalah dengan cara yang sebaik-baiknya. (H.R. Ibnu Hibban)

2.      Di belakang tabir yakni dengan cara mendengar dan tidak melihat siapa yang berkata, tetapi perkataannya itu didengar, seperti halnya Allah berbicara dengan Nabi Musa, Firman Allah SWT:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي
Artinya:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkata Musa: "Ya Tuhanku! Nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tak dapat melihat-Ku". (Q.S. Al A'raf: 143)
3.      Mengutus seorang utusan, yakni Allah SWT mengutus seorang utusan berupa malaikat Jibril, maka utusan itu menyampaikan wahyu kepada siapa yang dikehendaki Nya, sebagai mana halnya Jibril turun kepada Nabi Muhammad saw dan kepada Nabi-nabi yang lain.

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Siti 'Aisyah ra. bahwa, Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Nabi saw, ujarnya: "Bagaimana cara wahyu datang kepada engkau? jawab Rasulullah sa: "Kadang-kadang wahyu datang kepadaku sebagai bunyi gemerincing lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah ia berhenti, aku telah mengerti apa yang telah dikatakan Nya; kadang-kadang malaikat merupakan dirinya kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia berbicara kepadaku, maka aku mengerti apa yang dibicarakannya". Berkata Aisyah ra, sesungguhnya saya lihat Nabi ketika turun Kepadanya wahyu di hari yang sangat dingin, kemudian setelah wahyu itu terhenti terlihat dahinya bercucuran keringat.
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Suci dari sifat-sifat makhluk ciptaan Nya. Dia disebut menurut kebijaksanaan Nya, berbicara dengan hamba-hamba Nya, adakalanya tanpa, perantara baik berupa ilham atau berupa percakapan dari belakang tabir.

Surah Asy Syuura 52
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Allah SWT menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada Rasul-rasul terdahulu Dia menurunkan juga wahyu kepada Nabi Muhammad berupa Alquran sebagai rahmat Nya. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Muhammad saw sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Alquran itu dan apa iman itu, dan begitu juga dia belum tahu apa syariat itu secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Alquran itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah SWT memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki Nya dan membimbingnya kepada agama yang benar, yaitu agama Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT:

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى
Artinya:
Katakanlah: "Alquran itu adalah petunjuk dan penawar hati bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbat sedangkan Alquran itu adalah suatu kegelapan bagi mereka". (Q.S. Fussilat: 44)
dan firman Nya:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Artinya:
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus". (Q.S. Al Isra: 9)
Dengan cahaya Alquran itulah, Allah SWT memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus, agama yang benar.

F. Surah Saba' 28
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw bukan saja ia diutus kepada seluruh manusia. Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan kepada orang-orang yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi Muhammad adalah nabi penutup tidak ada lagi Nabi dan Rasul diutus Allah sesudah dia. Dengan demikian pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia sampai Kiamat. dan karena risalahnya itu adalah risalah yang terakhir maka di dalam risalahnya tercapailah peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik untuk dijalankan setiap tempat dan setiap masa, karena risalah yang dibawanya itu bersumber dari Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan dengan baik dan harmonis. Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia kalau peraturan-peraturan dan syariat itu tidak mencakup 'seluruh kepentingan manusia pada setiap masa. Dengan demikian pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk ditrapkan kepada siapa dan umat yang manapun di dunia ini. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang bahkan kebanyakan manusia menolak dan menantangnya. Di antara penantang-penantang itu adalah kaum Muhammad sendiri yaitu orang-orang kafir Mekah. Banyak ayat-ayat di dalam Alquran yang menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada manusia seluruhnya di antaranya:
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
Artinya:
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Alquran) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Q.S. Al Furqan: 1)
Dan firman-Nya:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya:
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk". (Q.S. Al A'raf: 158)

G. Surah Al Anbiyaa' 107-108
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam

Tujuan Allah SWT mengutus Nabi Muhammad yang membawa agama-Nya itu, tidak lain hanyalah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat.
Orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk agama itu akan memperoleh rahmat dan Allah berupa rezeki dan karunia di dunia dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh rahmat berupa surga yang disediakan Allah bagi mereka. Sedang orang-orang yang tidak beriman akan memperoleh rahmat pula, karena dengan cara yang tidak langsung mereka mengikuti sebagian ajaran-ajaran agama itu, sehingga mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia.
Jika dilihat sejarah manusia dan kemanusiaan, maka agama Islam adalah agama yang berusaha sekuat tenaga menghapuskan perbudakan dan penindasan oleh manusia terhadap manusia yang lain. Seandainya dibuka pintu perbudakan hanyalah sekadar untuk mengimbangi perbuatan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin itu. Sedangkan jalan-jalan untuk menghapuskan perbudakan dibuat sebanyak-banyaknya. Demikian pula prinsip-prinsip musyawarah yang ditetapkan agama Islam lebih tinggi nilainya dari prinsip-prinsip demokrasi yang selalu diagung-agungkan. Perbaikan perbaikan tentang kedudukan wanita yang waktu itu hampir sama dengan binatang, dan pengakuan terhadap kedudukan anak yatim, perhatian terhadap fakir dan miskin, permtah melakukan jihad untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan, semuanya diajarkan oleh Alquran dan Hadis, kemudian dijadikan sebagai dasar perjuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan demikian seluruh umat manusia memperoleh rahmat, baik yang langsung atau tidak langsung dari agama yang dibawa Muhammad. Tetapi kebanyakan manusia masih mengingkari padahal rahmat yang mereka peroleh itu adalah rahmat dan nikmat Allah SWT.

Surah Al Anbiyaa' 108
قُلْ إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Katakanlah:` Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: `Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)

Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar menyampaikan kepada orang-orang kafir dan kepada orang-orang yang telah sampai seruan kepadanya, bahwa pokok wahyu yang disampaikan kepadanya ialah: tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Karena itu hendaklah manusia menyembah-Nya, jangan sekali-sekali mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun seperti mengakui adanya tuhan-tuhan yang lain selain daripada-Nya, atau mempercayai bahwa selain dari Allah ada lagi sesuatu yang mempunyai kekuatan gaib seperti kekuatan Allah. Dan serahkanlah dirimu kepada Allah dengan memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada-Nya saja dan ikutilah segala wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

H. Surah Al Baqarah 225
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) dalam hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun
(Allah tidaklah menghukum kamu disebabkan sumpah kosong), artinya yang tidak dimaksud (dalam sumpah-sumpahmu) yakni yang terucap dari mulut tanpa sengaja untuk bersumpah, misalnya, "Tidak, demi Allah!" Atau "Benar, demi Allah!" Maka ini tidak ada dosanya serta tidak wajib kafarat. (Tetapi Allah akan menghukum kamu disebabkan sumpah yang disengaja oleh hatimu), artinya kamu sadari bahwa itu sumpah yang tidak boleh dilanggar. (Dan Allah Maha Pengampun) terhadap hal-hal yang tidak disengaja (lagi Maha Penyantun) hingga sudi menangguhkan hukuman terhadap orang yang akan menjalaninya.

1 komentar:

Unknown said...

izin copas yaa,, makasi sebelumnya,, :)